Kamis, 07 Mei 2015

KELAS AVES

Keanekaragaman Hewan

AVES

Aves atau kelompok burung merupakan salah satu diantara 5 kelas vertebrata yang pada umumnya memiliki kemampuan untuk terbang. Kelompok burung memiliki ciri khas yaitu tubuh ditutupi oleh bulu, kecuali bagian cakar yang ditutupi oleh sisik, mempunyai paruh, dan tidak mempunyai gigi. Menurut Soewolo (2000), kebanyakan burung merupakan hewan homeoterm yang mempunyai suhu tubuh konstan pada berbagai suhu lingkungan yang berubah-ubah. Burung memiliki keistimewaan yaitu memiliki struktur tulang yang ringan sehingga bisa digunakan untuk terbang.
Banyak ciri burung merupakan adaptasi yang memfasilitasi kemampuan terbang, termasuk modifikasi peringan-tubuh yang menjadikan terbang lebih efisien.Misalnya, burung tidak memiliki kandung kemih dan betina dari kebanyakan spesies burung hanya memiliki satu ovarium. Gonad betina maupun  jantan biasanya berukuran kecil, kecuali pada saat musim kawin, saat ukuran gonad membesar. Menurut Jasin (1996) kelas aves memiliki ciri-ciri khusus yaitu :
a.       Tubuh terbungkus oleh bulu yang merupakan derivat epidermis.
b.      Tubuh dibedakan atas caput (kepala), cervix (leher) yang biasanya panjang, truncus (badan) dan cauda (ekor).
c.       Mempunyai dua pasang ekstremitas, anggota depan (anterior) mengalami modifikasi menjadi sayap (ala) yang terlipat seperti huruf Z pada tubuh ketika tidak terbang, sedangkan sepasang anggota posterior (depan) disesuaikan untuk hinggap dan berenang, masing-masing kaki berjari 4 buah, cakar tebungkus oleh kulit yang menanduk dan bersisik.
d.      Mulut mempunyai rostrum (paruh) berzat-tanduk, aves tidak bergigi.
e.       Vertebra servikal berjumlah banyak dan mempunyai persendian heteroselos (berpelana dua). Vertebra mengalami banyak fusi. Pada kebanyakan burung, vertebra kaudal terakhir berfusi menjadi pigostil. Pada burung terbang, tulang sternum terjungkir, dan ada yang berlunas.
f.       Jumlah jari-jari kaki mungkin 2,3 atau 4. Kaki bagian bawah dan jari-jari kulitnya berzat tanduk keras.
g.      Telinga tengah mempunyai sebuah osikel auditori. Ada sebuah meatus auditori eksternal. Mata berkembang baik, dengan kelopak mata dan membrane niktitans. Pada mata terdapat struktur vascular yang disebut pekten yang terletak dalam rongga humor vitreus dan mempunyai kelenjar air mata.
h.      Cor  (Jantung) terdiri dari 4 ruang yakni dua auricular dan 2 ventricula, hanya arcus anterioeus  kanan yang masih ada, erytrocitnya berinti, berbentuk oval, dan conveks.
i.        Respirasi dilakukan dengan paru-paru yang kompak yang menempel pada Costae dan berhubungan dengan kantung udara (saccus pnematicus) yang meluas pada alat-alat dalam, memiliki kotak suara atau syrinx pada dasar tracea
j.        Saluran pencernaan meliputi tembolok (crop), lambung kelenjar, dan lambung muscular (gizzard, empedal), dua buah sekum (caecum), usus besar dan kloaka.
k.      Ginjal tipe metanefros. Vena porta ginjal tidak terbagi-bagi kedalam kapiler-kapiler ginjal. Tidak memiliki vesica urinaria. Zat-zat eksresi semisolid.
l.        Pada hewan  betina biasanya hanya memiliki ovarium kiri dan oviduct kiri.  
m.    Otak mempunyai serebrum dan lobus opticus yag berkembang baik. Telah memiliki 12 pasang saraf kranial.
n.      Suhu tubuh tetap (homoiothermis) dengan bantuan bulu.
o.      Fertilisasi terjadi di dalam tubuh. Telur memiliki yolk besar terbungkus oleh cangkang yang keras, untuk menetas diperlukan pengeraman.

Menurut Kastawi (1991), adaptasi fisik tubuh burung yang menyebabkan burung bisa terbang adalah sebagai berikut.
a.       Kebanyakan tulang yang besar berongga untuk mengurangi berat badan. Berat kerangka hanya ± 10% berat badan.
b.      Sebagian ruas tulang belakang menjadi satu membentuk titik tumpu yang kuat sewaktu sayap dikepakkan.
c.       Pada tulang dada yang berlunas dalam, melekat otot-otot terbang yang kokoh untuk menggerakkan sayap (m.pectoralis).
d.      Sistem pernapasan diperluas dengan alat bantu pernapasan yaitu pundi-pundi udara yang berupa kantung selaput ringan. Burung harus menggunakan paru-parunya secara efiseien pada saat terbang.
e.       Bentuk bulu sayap dan ekor menunjang untuk keperluan terbang.

Sistem Integumen
Epidermis pada Aves lebih tipis, fleksibel dan halus dibandingkan mamalia dengan ukuran yang sebanding dan hal ini digunakan untuk selektif tekanan untuk meminimalkan berat badan agar penerbangan lebih efisien. Hubungan antara kulit Aves dengan jaringan yang terdapat disebelah dalamnya tidak erat. Epidermis pada Aves khususnya lapisan korneum mengalami keratinasi yang sangat kuat sehingga berderivat menjadi bulu-bulu yang merupakan ciri khas dari Aves. Menurut susunan anatomis dapat dibedakan menjadi 3 macam bulu :  Plumae (Contour – feathers), Plumulae (Down – feathers), Filoplumae (Hair – feather). Derivat lain dari epidermis adalah sisik tanduk pada kaki dan jari-jari, paruh dan cakar. Ada pula derivat epidermis yang berupa kelenjar yakni kelenjar uropigium yang terdapat pada bagian atas ekor. Kelenjar ini berukuran besar, bertipe alveolar bercabang. Getah yang dihasilkan kelenjar ini berupa minyak yang digunakan untuk meminyaki bulu-bulu Aves.

Warna Bulu
Burung memiliki pola warna yang lebih hidup daripada vertebrata yang lain, tidak hanya digunakan mereka untuk menyembunyikan diri namun juga digunakan sebagai sarana utama untuk ransangan seksual antar lawan jenis. Seperti pada kelompok hewan lain, warna tersebut dihasilkan sebagian oleh pigmen dan sebagian efek dari refleksi dan difraksi. Pigmen yang paling umum adalah melanin, mulai dari warna hitam hingga coklat ke kuning, dan terletak dibawah bulu oleh sel khusus yang disebut papilla (Young, 1981)
Pigmen pokok pada bulu burung adalah melanin dan karotenoid. Karotenoid sering disebut lipokrom, tidak larut dalam air namun larut dalam pelarut lemak seperti methanol, ether atau karbon sulfide. Pigmen melanin hanya terlarut dalam asam (Young,1981). Butiran pigmen dapat ditemukan pada shaft dan barbula dan umumnya warna bulu merupakan produk karotin dan melanin. Adanya butir-butir melanin bulat di dekat ujung bulu luar akan memberikan efek yang dikenal sebagai ring Newton dan menyebabkan perubahan warna warni bulu (Sukiya, 2005).
Warna burung ada yang dihasilkan dari refleksi dan difraksi. Contohnya warna hijau dihasilkan dengan cara menyerap semua spectrum sinar kemudian dipantulkan kembali. Burung tropis pemakan pisang (plantain-eater) memiliki pigmen tembaga berupa turacoverdin yang mampu menghasilkan warna hijau, sedangkan warna merah gelap dihasilkan oleh turacin. Salah satu spesies ini yaitu Tauraco corythaix (Sukiya,2005)
Struktur Paruh Burung
Paruh burung merupakan modifikasi dari rahang atas dan rahang bawah. Paruh memberi banyak manfaat di antaranya untuk mencari makan, pertahanan, membuat saran. Hal ini tergantung dari spesies dan kebiasaan hidupnya. Bentuk paruh burung dapat digunakan sebagai penduga terhadap kebiasaan spesies. Menurut Sukiya (2005) bentuk paruh burung dijelaskan sebagai berikut:
a.       Paruh burung spesies pemakan biji, misal kutilang, biasanya berbentuk kerucut, kokoh dan meruncing tajam, sehingga mempermudah untuk mengumpulkan dan mengkuliti biji. Paruh burung kutilang, ujung-ujung rahang saling menyilang sehingga memungkinkan burung untuk mengungkil biji dari contong.
b.      Paruh burung pemakan daging, ujungnya berbentuk kait untuk menyobek makanannya menjadi potongan potongan kecil untuk ditelan.
c.       Paruh burung penangkap ikan seperti burung bangau dan kuntul paruhnya berbentuk tombak panjang. Anggota Pelecaniformes misalnya pelican dan sebangsanya memiliki kantung atau kantung gular dibawah dagu. Kantung ini digunakan untuk menyimpan ikan sementara dan membantu dalam proses penelanan.
d.      Paruh burung penangkap serangga seperti burung pelatuk, memiliki paruh kuat seperti pahat mampu memotong kayu dan melubangi pohon untuk menangkap serangga
e.       Paruh burung kolibri berbentuk lonjong mampu menahan madu.

Struktur Kaki Burung
Kaki burung menggambarkan kebiasaan spesies. Burung Passerine dan pearching biasanya memiliki 3 jari kaki di depan dan hallux mengarah ke belakang. Jari kaki burung pelatuk pada jari ke 4 terbalik ke depan sehingga ada 2 jari ke depan dan 2  jari kebelakang, ini disebut zigodaktilus. Beberapa burung layang-layang memiliki kaki palmprodaktilus yaitu keempat jari kaki ke arah depan, untuk membantu saat hinggap pada permukaan vertical. Kelompok burung lain, seperti kingfisher, sebagian dari jari luar dan tengah bersatu, kondisi ini disebut sindaktilus (Sukiya, 2005).
Burung yang menggunakan kakinya untuk berenang biasanya jari-jarinya  bersatu, setidaknya berupa perluasan jaringan sehingga jari bercuping, untuk memperluas permukaan kaki. Burung pelikan, 4 jarinya disatukan oleh jaringan selaput hingga ujung kaki, disebut kaki palmate. Kaki pada burung heron memiliki 3 jari kaki yang disatukan dan hanya sebagian jaringan selaput ini memanjang ke ujung-ujung jari, disebut semilalate. Anggota familia burung belibis sisi-sisi jari kakinya memilki lingkaran pinggir disebut kaki pectinated (Sukiya, 2005).

Sistem Musculus
Pada sebagian besar aves, struktur tubuhnya disesuaikan dengan aktivitas terbang, sehingga otot-otot tertentu akan lebih berkembang. Otot daging ektremitas berkembang menjadi besar. Gerak sayap pada waktu terbang dilakukan oleh otot dada imusculus pectoralis.  Kontraksi otot yang bergantian menyebabkan sayap bergerak ke atas ke bawah sehingga sehingga burung dapat terbang. Pada golongan burung yang lebih sering berjalan otot-otot paha lebih berkembang.  Otot daging dari femur (extremitas posterior) pada prinsipnya untuk lari dan menangkap. Otot daging pada kaki bawah dan telapak kaki adalah sedikit, sebagai penyesuaian menghindari banyaknya panas hilang pada bagian ini yang tidak berbulu.
Organ Penyusun Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan pada Aves terbagi menjadi dua yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdiri atas rongga mulut, faring, esophagus, tembolok, lambung, usus halus, usus besar dan kloaka. Sedangkan kelenjar pencernaan pada Aves adalah empedu (pada hati), pancreas dan limpa.
Sistem Respirasi
Bangsa burung mempunyai sistem pernapasan yang unik, yaitu pernapasan paru-paru yang dilengkapi dengan sistem kantong-kantong udara (Tenzer, 2014). Dengan adanya pundi pundi udara ini sistem pernapasan burung pada saat terbang menjadi sebagai berikut: udara dihisap masuk melalui paru-paru. Dalam paru-paru oksigen diserap. Sebagaian besar udara bergerak menuju ke pundi pundi udara yang merupakan tempat penyimpanan udara. Selama terbang, pernapasan burung terutama menggunakan cadangan udara didalam pundi-pundi udara. Pengembalian oksigen oleh darah terjadi pada paru-paru saja. Pada waktu waktu tertentu burung melayang tanpa mengepakkan sayapnya dan pada saat itu burung mempunyai kesempatan memenuhi kembali pundi-pundi udaranya (Kastawi, 1991).

Organ Indra
Ada tiga kelebihan perkembangan bagian-bagian yang berhubungan dengan hidung burung daripada reptile. Sebagian besar burung mempunyai lubang eksternal atau lubang hidung yang menuju kedalam. Anggota Pelecaniformes tertentu lubang hidung mempunyai penutup. Posisi lubang hidung biasanya 2 buah terletak di lateral dan pasangannya saling berdekatan, tetapi pada beberapa anggota Procellariiformes mempunyai lubang hidung berbentuk tabung di posisi dorsal. Kiwi Selandia Baru memiliki lubang hidung unik, berada hampir di ujung paruh. Umumnya lubang hidung secara internal terpisah satu sama lain oleh sekat hidung (septum). Lapisan epitelium pada alat pencium sebagian besar burung relative terbatas dan hanya pada permukaan atas saja. Hal ini berkaitan dengan ukuran pusat pencium di otak sehingga menyebabkan indera pencium relative kurang peka untuk sebagian besar burung. Ujung perasa berkurang pada lidah sebagian besar burung. Ujung perasa berkurang pada lidah sebagian besar burung. Organ Jacobson belum sempurna (Sukiya, 2005).
Mata burung sangat berkembang dan proporsinya cukup besar dibanding ukuran tubuhnya. Akomodasi dilaksanakan dengan aksi otot-otot siliari yang merubah bentuk lensa. Salah satu bentuk yang tak biasa dari mata burung adalah struktur berbentuk kipas disebut pecten yang memanjang ekdalam ruang belakang di bagian saraf optic muncul dari retina. Pecten dapat memberikan makanan untuk bagian-bagian avascular mata, mungkin menjadi alat bantu pandang. Pecten diduga juga meruapakan alat orientasi yang memungkinkan burung dapat menentukan arah gerakan jalannya berkaitan dengan posisi matahari atau pola-pola bintang. Retina pada burung diurnal lebih didominasi sel konus, sedangkan retina pada mata burung nocturnal lebih didominasi sel basilus (Sukiya, 2005).
Burung-burung yang sering keluar masuk gua, maka dalam kegelapan burung memancarkan serangkaian getaran suara untuk menentukan arah, seperti halnya pada banyak jenis kelelawar dan mamalia laut. Spesies burung yang terbang dimalam hari dan burung laying-layang yang menghuni gua, tergantung pada orientasi bunyi ketika terbang dalam kegelapan.
Kebanyakan burung tidak memiliki telinga ekternal sehingga hanya merupakan bekas akibat reduksi, tetapi pada burung hantu struktur ini berkembang baik. Columella di bagian tengah telinga, berfungsi mengirimkan getaran dari membrane timpani ke bagian telinga dalam, kohlea ada mekipun tidak berbentuk spiral sempurna (Sukiya, 2005).
Burung hantu gudang mampu mengenali tikus dalam kegelapan total. Hal ini menunjukkan bahwa pendengarannya sangat kuat. Suara-suara akan terdengan dengan frekuensi berbeda untuk masing-masing telinga, tetapi kepekaan terbesar adalah sepanjang garis visi. Ketika burung menggerakkan kepalanya bermaksud untuk mendengarkan kepalanya bermaksud untuk mendengar suara terkeras dari mangsa yang bergerak, maka burung akan menghadap langsung ke arah mangsa postensialnya (Sukiya, 2005).

Klasifikasi
Kelas aves terbagi dalam begitu banyak bangsa (ordo) yang dikenal baik karakteristiknya. Menurut Brotowidjoyo (1994) pembagian Kelas Aves adalah sebagao berikut.
1.      Sub-kelas Archaeornithes (Burung Bengkarung)
Burung-burung bergigi, telah punah. Hidup dalam periode Jurassik. Metakarpal terpisah. Tidak ada pigostil. Vertebra kaudal masing-masing dengan bulu-bulu berpasangan. Contoh: Archaeopterygiformes:
Archaeopteryx sp. Fosilnya terdapat di Jerman
2.      Sub-kelas Neornithes
Ada yang telah punah, tetapi ada yang termasuk burung modern. Bergigi atau tidak bergigi. Metakarpal bersatu. Vertebra kaudal tidak ada yang mempunyai bulu berpasangan. Kebanyakan mempunyai pigostil. Sternum ada yang berlunas, ada pula yang rata. Mulai ada sejak zaman kretaseus.
a.       Odontogenathae. Contoh: hesperornis dan Ichthyornis, keduanya telah punah. Memiliki gigi. Ditemukan di Amerika Serikat.

b.      Palaeogenathae. Burung berjalan atau sedikit saja terbang. Tulang sternum tidak berlunas. Semua dengan tulang vomer yang membentuk jembatan pada tulang langit-langit. Tidak ada gigi, vertebra kaudal bebas, tulang karakoid dan skapula kecil.
·         Ordo Struthioniformes. Contoh : burung unta (Struthio camelus, tinggi 2,5 m, berat 150 kg, hidup bergerombol, sophagu, seekor jantan mempunyai 4-5 betina. Berasal dari Afrika dan Arabia.
·         Ordo Rheiformes. Contoh : burung rea (Rhea sp.) Tidak dapat terbang, tidak berlunas. Tinggi 1,2 m. Berasal dari Amerika Latin.
·         Ordo Casuariiformes. Contoh : burung kasuari (emu) (lihat gambar 2.14). Tidak dapat terbang, tidak berlunas, sayap kecil, Dromiceius sp., tinggi 1,7 m, kepala dan leher tidak berbulu. Banyak terdapat di Australia dan Irian.
·         Ordo Dinornithiformes. Burung moa.Tidak berlunas. Telah punah. Tulang karakoid, scapula, sayap tereduksi atau hilang. Dinornis sp., tinggi hampir 3m. telur 14-18 cm. Terdapat di Selandia Baru.

·        
Ordo Apterygiformes. Burung Kiwi. Paruh panjang, lubang hidung di ujung paruh. Sayap berdegenerasi (humerus vestigial, hanya ada satu jari, tidak mempunyai bulu plumae), tidak berlunas, bulu filoplum seperti rambut. Contoh Apteryx sp., omnivore, telurnya berjumlah 1 atau 2 butir  (7-12cm). Terdapat di Selandia Baru.·        
Ordo Aepyornithiformes. Telah punah. Burung gajah. Tulang sternum lebar, pendek. Tinggi 3m lebih. Telur 21-30 cm (telur yang terbesar). Contoh Aepyornis sp. Terdapat di Malagasi.

·         Ordo Tinamiformes. Burung tinamu. Sayap dapat digunakan untuk terbang.Berlunas.Biasanya berlarinya sedikit terbang.Contoh :Tinamus sp., Rhynchotus sp. Terdapat di Amerika Latin.
 

c.       Impennes. Burung penguin. Sayap (anggota gerak anterior) digunakan untuk berenang, tidak dapat terbang. Metatarsus bersatu, tetapi tidak sempurna. Empat buah jari terarah ke muka, jari-jari dengan selaput kulit. Bulu kecil-kecil menutup seluruh tubuh. Di bawah kulit terdapat lapisan lemak tebal. Berdiri tegak pada metatarsus. Dapat dengan cepat menyelam. Terdapat 20 jenis dari golongan ini.
Ordo Sphenisciformes.Contoh :Aptenodytes forsteri, penguin raja diraja. Tinggi 1m lebih. Jenis yang lain kecil.
d.      Neognathae. Burung-burung modern. Berlunas, metatarsus bersatu. Vomer kecil dan tidak membentuk jembatan pada langit-langit.
·         Ordo Gaviiformes, Burung lun. Kaki pendek pada ujung tubuh. Jari-jari penuh dengan membran kulit. Patella kecil-kecil. Terbang cepat melayang-layang, dan menukik. Makan ikan. Contoh : Gavia immer, di belahan bumi utara
·         Ordo Podicipitiformes. Burung grebe. Ekor berbulu kapas.Kaki jauh di bagian belakang tubuh.Dapat menyelam dengan cepat (hilang sekejap mata).Hidup di air tawar atau pantai laut.Omnivore.Contoh :Podicepsauritus, Podilymbus podiceps.
·         Ordo Procellariiformes. Burung albatross. Lubang hidung tubular. Paruh berlapis beberap papan. Di dalam hidung terdapat kelenjar. Jari kaki vestigial. Bulu filoplum. Hidup di lautan. Bertelur di pulau-pulau.Contoh :Diomedea exulans, albatross berkelana ikut perahu di laut selatan, sayap 3 m. Oceanodroma sp., albatross kecil.

·        
Ordo Ciconiiformes. Hidup di sawah: burung blekok, flamingo. Leher panjang, kaki panjang.Bulu dekoratif, kadang-kadang kepala gundul. Paruh bengkok di tengah-tengah (flamingo), tidak ada membrane kulit sela jari (kecuali flamingo). Makanannya ikan dan hewan air lainnya. Hidup berkoloni. Contoh: Ardea Herodias (blekok biru), Butorides virescens (blekok hijau), Phoenicopterus ruber (flamingo), Casmerodius albus (blekok putih).·        
Ordo Pelecaniformes. Burung pelikan, burung gannet. Keempat jari dalam sat membrane kulit. Lubang hidung vestigial. Contoh :Pelecanus erythrorhynchus, paruh besar untuk menyerok ikan dari laut. Warna putih, P. occidentalis, warna coklt. Morus bassana banyak terdapat di daerah tropis (burung camar).
·         Ordo Anseriformes. Angsa, bebek, mentok. Paruh lebar tertutup dengan lapisan yang banyak mengandung organ sensori. Keki pendek, jari dengn membrane kulit, ekor pendek. Hewan muda berbulu kapas. Tersebr di seluruh dunia, lebih dari 200 jenis. Contoh :Anas platyrhynchos, Aythya vasilineria (bebek liar), Branta sp., Anser sp. (mentok), dan Cygnus sp. (angsa).
·         Ordo Falconiformes. Burung ruak-ruak bangkal, elang, rajawali, garuda. Paruh kuat sekali, dengan kait pada ujungnya. Kaki digunakam untuk menerkam korbannya, dengan kuku-kuku tajam. Predator, aktif di waktu siang. Sayap kuat, terbang cepat. Contoh :Cathartes aura(kepala merah), Coragyps atratus (bulu hitam), Gymnogyps sp. (burung kondor), Buteo borealis (ekor merah), Aquila chrysaetos (bulu emas), haliacetus leucocephalus (pemakan ikan).

·        
Ordo Galliformes. Ayam, kalkun, merak, burung kuau. Paruh pendek, kaki untuk berlari dan mengais. Makan padi-padian. Contoh :Phasianus colchicus (leher belang),  Pavo cristatus (merak), Gallus sp. (ayam hutan), Gallus domestica (ayam buras), Meleagris gallopavo (kalkun).

·         Ordo Gruiformes. Burung bangau. Hidup di rawa-rawa. Ekor dan kaki panjang, bulu berwarna abu-abu. Grus sp., Rallus sp., Fulica sp.
·         Ordo Diatrymiformes. Besar, tidak dapat terbang, sayap atropi, paruh sangat besar. Empat jari pada tiap kaki. Terdapat di Amerika Serikat. Contoh :Diatryma sp. (telah punah).
·         Ordo Charadriiformes. Burung camar, plover. Jari kaki dengan membrane kulit. Bulu filoplum. Padat, kaki panjang, sayap kuat. Telur bertotol-totol. Banyak terdapat di pantai atau masuk ke darat jauh dari pantai. Oxyechus vociferous (panjang 26 cm), Erolia sp., mencari makan di pasir. Sterna sp. (burung camar), Larus sp., banyak di tempat kotoran, di pelabuhan atau tepi pantai. Paulus impenis dan Uria aalge telur-telurnya untuk makanan kita.
·         Ordo Columbiformes, merpati dan perkutut. Paruh pendek ramping dengan sera pada pangkal paruhnya (sera kulit lunak). Tarsus lebih pendek dari jari. Tembolok besar dan berlapis-lapis sel yang mudah mengelupas dan membentuk “susu merpati”. Susu merpati itu sewaktu-waktu dimuntahkan untuk memberi makan anak-anaknya. Tersebar di seluruh dunia. Contoh : Columba livia, C. fasciata (merpati), Ectopicthes migratorius (merpati pengembara), Zenaidura macroura (perkutut)

·         Ordo psittaciformes. Kakatua, betet. Paruh pendek kuat, pinggiran tajam dan berkait pada ujungnya. Mandibular dapat bergerak bebas dari tulang kepala. Bulu filoplum dan berwarna hijau, biru, kuning atau merah. Suara keras. Hidup di hutan. Makanannya buah-buahan. Contoh : Rhynchopsitta sp. Dan Conuropsis sp.
·         Ordo Cuculiformes. Burung cukoko, burung pelari. Cakar digunakan untuk menangkap korban. Yang betina suka bertelur dalam sarang burung lain dan berebut makanan burung lain. Contoh : Geococcyx sp. Dan Coccyzus sp.
·         Ordo Strigiformes. Burung hantu. Kepala besar, mata besar. Lubang telinga besar kadang-kadang memounyai lembaran penutup. Paruh pendek aktif di waktu malam. Makanannya burung kecil dn Arthropoda. Contoh : Tito alba, Bubo sp. Otus asio, Nyctea sp. Yang terakhir hidup di daerah dingin. Speotyto cunicularia. Menyerobot galian yang dibuat oleh tupai tanah.
·         Ordo Caprimulgiformes. Burung elang malam. Paruh kecil, tapi mulut lebar. Kaki dan tarsus lembek dan kecil. Aktif di waktu malam. Makan insekta malam. Contoh : Antrostomus vociverus, dan chordeiles minor.

·         Ordo Micropodiformes. Burung kolibri, burung dengung (juga disebut ordo apodiformes). Tubuh kecil, kaki dan jari kecil, paruh kecil, lembek dan panjang dengan lidah bentuk tabun (kolibri). Sarang dibuat dari secret ludah (dibuat sop). Contoh : Chaetura pelagica (burung wallet), sarangnya terdapat di dalam buah. Burung kolibri (Archilochus colibris dan Selasphorufus).
·         Ordo Coliiformes. Seperti burung gereja, kecil. Ekor panjang. Colius sp. (di afrika).
·         Ordo trogoniformes. Paruh pendek dan kuat, dengan bulu pada pangkalnya. Kaki kecil lemah. Bulu berwarna hijau, lemas. Termasuk burung yang berbulu indah. Contoh : Trogon elegans, Pharomacrus mociino.
·         Ordo Coraciiformes. Burung raja pencari ikan. Jari ketiga dan keempat bersatu pada dasarnya.paruh kuat. Pemakan kupu-kupu kecil, lebah, kmbang dsb. Banyak terdapat di daerah tropis. Contoh : Maceryle alceon, juga makan katak dan ikan sambil menyelam dalam air.
·         Ordo piciiformes. Burung pelatuk, burung tukan. Bulu ekor kaku. Paruh kuat, lidah kasar. Hidup di hutan, membuat lubang pada batang kayu untuk mencari insekta dan larva. Contoh : dendrocopos vellosus (tubuh berbulu), dryobates pubescans (berbulu kapas), sphyrapicus sp. Memakan cambium batang pohon dan melanerpes formeciforu menimbun makanan dalam lubang kayu.
·         Ordo Passeriformes. Burung gagak, robin, burung gereja, burung raja. Ada 5100 spesies dan meliputi burung-burung yang banyak yang kita kenal sehari-sehari. Banyak yang pandai bernyanyi. Karena mempunyai pita suara. Sebagian besar hidup di darat dalam semua macam habitat, ada yang membuat sarang di dalam pohon. Telur berwarna-warni. Ketika menetas anak burung ini buta. Yang kecil, makan insekta dan biji-bijian. Contoh : corvus sp. (gagak), melospiza sp. (penyanyi ulung). Tudus sp (robin).

Habitat

Burung terdapat hampir diseluruh penjuru dunia, kecuali di padang es yang gersang di kutub dan gurun pasir yang paling kering. Bahkan lautan yang luar biasa luasnya dapat merupakan sumber makanan di luar musim mengeram. Secara umum habitat burung dapat dibagia atas: di darat, di air tawar, dan di laut (air asin). Ada burung yang dapat hidup di hutan yang lebat, hutan kurang lebat, semak-semak, dan rerumputan. Sebaliknya ada juga burung yang hidup di lapangan terbuka tanpa atau dengan sedikit tumbuhan, atau di antara batu-batu dan bukit batu atau batu karang. Kebanyakan burung-burung darat ini menemukan makannya dalam tetumbuhan atau di tanah (Kastawi, 1991).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar