Rabu, 06 Mei 2015

ECHINODERMATA

Mata Kuliah Keanekaragaman Hewan

ECHINODERMATA

Morfologi Echinodermata
·         Merupakan hewan yang bentukan luarnya terlihat menyolok.
·         Hewan yang memiliki kulit duri.
·         Tubuh tidak memilki segmen.
·         Tubuh bersifat simetri radial pada saat dewasa dan simetri bilateral pada saat larva.
·         Tubuh bersifat pentamerous atau terbagi menjadi 5 belahan
·         Bentuk tubuh ada yang bulat, siliindris atau seperti bintang.
·         Permukaan tubuh agak halus, tertutup oleh 5 ruangan secara simetri memancar berupa alur berlekuk yang disebut ambulakral.
·         Tidak memiliki kepala
·         Tidak memilki capit.

Anatomi Echinodermata
·         Tergolong hewan triploblastic.
·   Memiliki kerangka dalam (endoskeleton) yang tersusun atas lempengan-lempengan yang membentuk cangkang, yang biasanya disebut theca atau test dan mungkin juga tersusun atas ossikula-ossikula kecil yag terpisah.
·   Mempunyai selom atau rongga tubuh yang disebut enteroselus. Selom ini berisi sel-sel amubosit yang pada saat larva berfungsi sebagai sistem saluran air.
·         Memiliki sistem saluran air atau sistem ambulakral yang terbuat dari tabung-tabung berisi air.

a)    Permukaan Oral
Permukaan oral merupakan sisi tubuh yang menghadap substrat terdiri dari :
1.    Mulut atau actinosome
Mulut dikelilingi oleh membrane lunak dan lembut yang disebut membrane peristomial atau pristome dan dilindungi oleh lima kelompok dri-duri oral atau papilla-papilla mulut.
2.    Celah Ambulakral
Merupakan alur sempit yang dibentuk dari masing-masing sudut mulut yang memancar.
3.    Kaki tabung atau podia
Dari masing-masing celah ambulakral terdapat 4 baris kaki tabung atau podia yang bersifat lunak, berdinding tipis, berbentuk tabung, dan strukturnya retraktil yang berfungsi untuk alat gerak, alat menangkap mangsa, sebagi organ-organ respirasi dan sensori. Podia ini dilengkapi dengan batil pengisap yang berfungsi sebagai mangkuk pengisap untuk melekatkan diri pada permukaan substrat.
4.    Duri-duri ambulakral
Duri-duri ambulakral atau kalkareus merupakan duri yang menutupi dan melindungi celah-celah ambulakral. Terdapat sekitar 2 sampai 3 baris kalkareus yang melindungi celah-celah ambulakral.
5.    Organ-organ sensoris
Organ sensoris yang berkembang pada Echinodermata dapat berupa organ taktil, maupun bintik mata yang peka terhadap rangsangan cahaya .
b)   Permukaan Aboral
Permukaan aboral merupakan sisi tubuh yang menghadap keatas terdiri dari
1.    Anus
Merupakan suatu lubang kecil yang terletak didekat pusat diskus sentral.
2.    Madreporit
Madeprodit merupakan lempengan asimetris dan beralur menjari, sempit, berombak, ramping atau lurus, serta berlubang-lubang yang terletak pada permukaan aboral diskus sentral.
3.    Duri-duri
Pada seluruh permukaan aboral tertutupi oleh sejumlah duri-duri atau tubercle kalkareus yang pendek, keras, dan tumpul.
4.    Papulae atau insang
Insang pada Echinodermata berbentuk tabung atau kerucut, yang berdinding tipis dan terletak pada lubang-lubang dermal.
5.    Pedecellaria
Pedecellaria merupakan rahang-rahang yang sangat kecil seperti duri berbentuk panjang maupun pendek, kuat, tangkainya bersifat fleksibel dan berwarna keputihan yang menutupi seluruh permukaan aboral tubuh Echinodermata.

FISIOLOGI  ECHINODERMATA
1.       Sistem Gerak à Memiliki sistem saluran air atau sistem ambulakral yang terbuat dari tabung-tabung berisi air. Sistem ambulakral terdiri atas canalis circumolaris atau ring canal, canalis radialis, canalis madreporicus atau stone canal, ampulla, dan podia atai kaki tabung
      Mekanisme dari sistem ambulakral adalah ketika serabut-serabut otot yang melingkar didalam dinding ampulla berkontraksi, ampulla akan mengecil dan air yang ada didalamnya akan dialirkan kearah podium sehingga podium akan memanjang. Apabila hewan ini akan bergerak ke sebelah kanan, maka kaki tabung sebelah kanan akan memegang benda di bawahnya dan kaki lainnya akan bebas. Sedangkan keadaan sebaliknya jika serabut-serabut otot longitudinal yang ada didalam podium berkontraksi maka podium akan memendek dan air yang ada didalamnya akan dialirkan ke ampulla sehingga ampulla akan membesar dan air akan bergerak berlawanan dengan arah masuk. Podium sebelah kanan yang memegang objek tadi akan menyeret tubuh hewan ini ke arahnya. Begitulah cara hewan ini bergerak.
2.      Sistem Pencernaan à Memiliki sistem digestivum yang lengkap. Saluran pencernaan makanan dimulai dari mulut (disebut juga actinostoam karena berbentuk pentagonal) menuju esophagus yang berupa pipa pendek. Kemudian dilanjutkan dengan ventrikulus yang terbagi menjadi pars cardiac yang terdiri dari 5 lobi dan pars pilorica yang didalamnya terdapat kelenjar pencernaan. Setelah itu sari sari makanan akan menuju intestine yang pendek dan mempunyai lima pasang cacea intestinalia dan berakhir pada anus yang terletak dibagian aboral tubuh.
3.      Sistem respirasi à dengan menggunakan insang kulit, kaki tabung, maupun pohon pernapasan, dinding tubuh, kloaka (pada kelas Holothuroidea), maupun bursae (pada kelas Ophiuroidea). Sistem pertukaran gas yang paling utama adalah menggunakan celom. Silia ephitelium pada permukaan dalam dan luar papula akan menggerakkan cairan didalam celom dan mengatur keluar masuknya gas atau pernapasan didalam air secara difus. Papula yang bedinding tipis juga sangat memudahkan pertukaran gas.
4.      Sistem Sirkulasi à Pada Asterias tidak ada sistem sirkulasi yang sebenarnya, namun, system yang dapat merespon peredaran makanan ke berbagai organ tubuh sering disebut system sirkulasi. System sirkulasi terdiri atas system perihemalis dan system hemalis.
Sistem perihemalis terdiri atas sinus perihemalis circumoralis, sinus perihemalis radialis, sinus axialis, sinus perihemalis aboralis. Sinus perihemalis circumoralis terdapat oral dari canalis circumoralis. Sinus perihemalis radialis berjalan oral dari canalis radialis dan dipercabangkan oleh sinus perihemalis circumoralis. Circum axialis berjalan bersama dengan canalis madreporicus kea rah aboral dan dipercabangkan oleh sinus perihemalis circumoralis. Sinus axialis bermuara ke dalam sinus perihemalis aboralis yang berjalan melingkar dekat bagian aboral di sebelah dalam dari skeleton. Sebagai lanjutan dari sinus axialis ada pipa-pipa baik dari system ambulakral maupun system perihemalis berpangkal cilia.
Sistem hemalis atau system lacunar tersusun atas jaringan pengikat gelatinosa yang berongga-rongga (lacuna) dengan banyak leucocyt. Ia terdiri atas system lacunar circumoralis, funiculus radialis, organ axialis, rachis genitalis serta cabang-cabangnya. System lacunar circumoralis terdpat di dalam sinus perihemalis crcumoralis dan membaginya dalam pars eksterna dan pars interna. Sinus axialis merupakan lanjutan dari pars interna. Funiculcu radialis terdapat dalam sinus oerihemalis radialis dan membaginya dalam dua bagian.
Organ axialis berjalan bersama dengan sinus axialis dn canalis madreporicus kearah aboral. Di daerah aboral ia berhubungan dengan rachis genitalis yang merupakan lingkungan. Rachis genitalis memberi lima pasang cabang, masing-masing cabang berakhir pada gonade.
5.      Sistem Ekskresi à Astearis tidak memiliki organ-organ ekskretori khusus. Sisa ekskretori metabolik yang mengandung nitrogen biasanya berisi senyawa ammonium. Sampah-sampah tersebut dambil oleh amoebocyt (sel-sel amoeboid) dan dibuang (secara diffusi) melalui dermal branchia. Caecum intestine dan kaki tabung dapat pula berfungsi sebagai tempat pengeluaran sisa-sisa metabolisme. Mereka melalui berbagai jaringan sampai ke cairan coelom dan dari sini kemudian berdifusi melalui dinding-dinding yang tipis dari caeca rectal, kaki tabung dan insang. Coelomocyte mempunyai peran nyata di dalam pengeluaran sisa-sisa ekskretori dari coelom.
6.      Sistem Saraf à Sistem saraf pada Asterias adalah sederhana dan tipe primitive, dibentuk dari serabut saraf dan jarring saraf yang berhubungan erat degan epidermis. System saraf terdiri dari 4 unit yang terdapat pada level berbeda di dalam diskus dan lengan.
a.       Sistem saraf Oral atau Ectoneural atau Epidermis
Sistem saraf oral mempunyai bagian-bagian:
1)      Cincin saraf; cincin saraf berbentuk segilima (pentagonal) dan circumoral, yakni terdapat di sekitar mulut di dalam peristomial dan esofagus, dan pada masing-masing radius mengeluarkan satu saraf radial.
2)      Saraf radial: cincin saraf mengeluarkan 5 saraf radial, masing-masing menuju sepanjang lengan di dasar alur ambulakral. Masing-masing saraf radal berakhir sebagai bantalan sensori pada sisi aboral dari tentakel terminal. Penampang melintang dari lengan tampak bahwa saraf radial adalah suatu massa tebal berbentuk V berlanjut pada sisi sebelah luarnya dengan epidermis, dan berpisah pada ssi sebelah dalamnya dari sinus hyponeural, hanya oleh satu dermis tipis dan ephitelium coelomic. Saraf radial terdiri atas fibrille tersusun dalam lapisan-lapisan dan diselingi dengan sel-sel ganglion multipolar dan bipolar.
3)      Saraf subepidermal kompleks: adalah suatu ajtingan luas dari sel saraf dan serabut-serabu saraf, tertanamn di dalam epidermis di atas permukaan tubuh, termasuk insang dan pedikelaria, dan sebagainya. Saraf ini dihubungkan dengan tali saraf radial oleh serabut-serabut saraf. Subepidermal nerve-plexus yang menebal ke satu tali dan membentuk dua saraf marginal, masing-masing mengembang sepanjang lengan pada masing-masing sisi dan mengeluarkan sederetan saraf motor lateral yang mensupali ocelli, otot, ephitelium coelomic, dan sebuah cincin daraf di dalam alat penghisap masing-masing kaki tabung.
System saraf oral (ectoneural) bertindak sebagai system saraf sentral pada Astearis. System ini memiliki neuron-neuron sensor dan motor.
b.      Sistem saraf Dalam atau Hyponeural
Sistem saraf hyponeural terjadi di dalam bentuk lapisan saraf di bagian lateral dari dinding oral dari sinus hyponeural, berada di dalam ephitelium coelomic. Lapisan saraf ini disebut “saraf Lange”. Lapisan tersebut dipisahkan dari bagian saraf radial hanya oleh satu lapis tipis dari jaringan dermal connective. Saraf Lange melanjutkan ke daerah peristomial, di mana dia membentuk lima inter radial yang menebal di bagian dasar dari sinus cincin yang terletak di aboral sampai saraf utama.
c.       Sistem Saraf Aboral atau Coelomic
Sistem saraf ini berada di bagian luar dari peritoneum parietal pada sisi aboral, terdiri atas sebuah cincin saraf di diskus snetral dan sebuah saraf pada masing-masing lengan. System ini dhubungkan dengan saraf marginal oleh serabut saraf. System ini menginnervasi otot tubuh dari sisi aboral dan berfungsi motorik.
d.      Sistem saraf Visceral
Sistem saraf visceral terdapat di dinding usus, sebelah luar ephitelium usus. System ini menginnervasi otot saluran pencernaan makanan dan dihubungkan dengan reseptor visceral.
7.      Organ Sensorik à memiliki beberapa organ sensori primitif.
a.       Mata
Mata Asterias adalah mata sederhana, berpigmen dan terdapat di dasar tentakel terminal. Pada permukaan oral, pada dasar masing-masing tentakel terminal terdapat bantalan optic., tersusun dari epidermis tebal dengan beberapa fotoreseptor atau mangkuk ocelli berpigmen. Masing-masing ocellus berupa kantung ektodermis berbentuk mangkuk atau seperti corong. Ditutup secara eksternal oleh kutikulas yang ditemukan pada beberapa spesies satu lensa dibentul oleh epidermis. Dinding dari mangkuk terdiri dari sel-sel epidermis, yang berubah menjadi lebih pendek, kuat dan berisi butir-butir pigmen dan sel-sel retina. Sel-sel retina merupakan sel-sel memanjang dengan bagian distal berbentuk bulat menonjol ke ruan mangkok, dan sebuah serabut saraf proximal melewatinya sampai ke bagian dasar saraf radial. Jumlah ocelli dalam satu optic atau bantalan atau mata berkisar antara 80-200. Ocelli adalah organ penerima cahaya yang dapat mendeteksi perubahan intensitas cahaya.
b.      Tentakel terminal
Tentakel terminal mempunyai sel-sel sensorik yang tactile dan juga sensitive terhadap makanan dan rangsangan kimiawi yang lain.
c.       Sel-sel Neurosensori
Seluruh permukaan tubuh atau epidermis Asterias dilewati oleh beberapa sel neurosensory yang bertindak sebagai tangoreseptor dan chemoreseptor. Sel-sel neurosensory berupa sel-sel ramping, dengan bentuk gelendong berisi nucleus, utamanya terdapat oda batil pengisap dari pedia, pada bagian dasae spina, pedikelaria, dan tentakel terminal.
8.      Sistem Reproduksi à Kebanyakan spesies dari Asterias adalah dioecious, yaitu seks terpisah kecuali beberapa spesies seperti Asterias rubeus yang hermaprodit. Organ-organ reproduksi dari Asterias adalah tipe perimitif dan tidak ada organ-organ kopulasi, kelenjar asesori, reseptakel untuk penyediaan ovum dan reservoir untuk penyediaan sperma matang. Hanya ada gonad-gonad yang bertindak sebagai organ-organ reproduktif.
Kelenjar kelamin jantan adalah testis dan kelenjar kelamin betina adalah ovarium. Masing-masing individu jantan dan betina masak secara seksual berisi 5 oasang testis atau ovarium, satu pasang terletak bebas secara lateral di bagian proximal dari masing-masing lengan antara pyloric caeca dan ampula. Masing-masing gonad tampak memanjang seperti bulu atau kumpulan pipa atau pembuluh atau segerombolan buah anggur, di mana ukurannya bervariasi menurut dekatnya waktu bertelur. Pada fase dewasa gonad-gonad menempati seluruh ruangan perivisceral. Masing-masing gonad terlindung di dalam kantong genital dengan dinding otot dan serabut-serabut jaringan pernghubung, ditutup dengan peritoneum. Kantong genital ini menjadi lebih besar dibandingkan genital atau sinus coelomic aboral. Sperma dan ovum yang matang disemprotkan oleh Asterias jantan dan betina berturut-turut ke dalam air. Pembebasan sel-sel kelamin dari gonad diatur oleh sekresi neurohormon. Fertilisasi pada Asterias terjadi secara eksternal.

HABITAT ECHINODERMATA
Asterias adalah hewan laut, tinggal di dasar laut atau hewan benthonic, mendiami berbagai tipe dasar, umumnya id zona littoral di mana mereka bergerak merayap atau mungkin diam sekali waktu. Salah satu di tempat terbuka atau kurang tersembunyi atau lebih tersembunyi. Kebanyakan spesies dari Asterias umumnya soliter tetapi di bawah kondisi ekologi tertentu, semacam untuk menghindari sinar matahari langsung atau pengeringan yang berlebihan, beberapa individu mengumpul pada tempat yang sama untuk pertahanan. Kebanyakan dari mereka adalah nocturnal, sisanya di siang hari dan menjadi aktif di malam hari. Beberapa spesies dari Asterias menunjukkan variasi tipe hubungan biologis seperti parasitisme, komensalisme dan sebagainya


KLASIFIKASI  ECHINODERMATA
Klasifikasi pada filum Echinodermata dibagi menjadi sub filum Pelamtozoa dengan kelas Crinoidae dan sub filum Eleutherozoa dengan kelas Asteroidea, Ophiuroidea, Echinoidea, dan Holothuroidea.


Peranan Echinodermata
Echinodermata memiliki beberapa manfaat bagi kehidupan manusia maupun ekosistem di laut. Berikut manfaat hewan ini bagi manusia dan ekosistem laut yaitu:
1.     Telur landak laut (Arbacia punctulata) yang banyak dikonsumsi di jepang; Keripik dari timun laut yang banyak dijual di Sidoarjo, Jawa timur;
2.      Mentimun laut setelah dikeringkan dijadikan bahan sup atau dibuat kerupuk;
3.      Telur bulu babi dapat dimakan;
4.      Bahan penelitian mengenai fertilisasi dan perkembangan awal. Para ilmuwan biologi sering menggunakan gamet dan embrio landak laut
6.      Sebagai pembersih pantai.

Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat adanya hewan-hewan Echinodermata yaitu:
1.      Dianggap merugikan oleh pembudidaya tiram mutiara dan kerang laut karena bintang Echinodermata merupakan predator hewan-hewan budidaya tersebut;

2.      Bulu babi dan landak laut bisa sangat merugikan bagi para turis yang ingin menikmati olahraga air, karena duri bulu babi dan landak laut yang beracun bisa menyebabkan kematian jika tidak ditangani secara cepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar