Rabu, 06 Mei 2015

KELAS REPTILIA

Mata Kuliah Keanekaragaman Hewan
REPTILIA

Reptilia merupakan Vertebrata pertama yang sepenuhnya tererstrial dan tak perlu kembali ke air untuk berkembang biak. Hal ini dicapai melalui evolusi telur yang kledoik (tertutup). Telur jenis ini berukuran besar dan mempunyai cangkang. Umumnya tubuh ditutupi oleh kulit dari sisik tanduk dan sering diperkuat dengan osteodermtulang. Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi pada beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti pada serpentes dan sebagian lacertilian.
Reptilia merupakan sekelompok vertebrata yang menyesuaikan diri di tempat yang kering di tanah. Penandukan atau cornificatio kulit dan squama atau carpace untuk menjaga banyak hilangnya cairan dari tubuh pada tempat yang kasar. Nama kelas ini diambil dari model cara hewan ini berjalan (Latin : reptum = melata atau merayap) dan study tentang Reptilia disebut Herpetology.
Tubuh Reptilia dibungkus oleh sisik kering sebagai pelindung rubuh seperti halnya sisik ikan. Sisik-sisik ini terbagi ke dalam dua kategori, epidermal dan dermal. Tipe sisik Reptilia adalah superfisial dan umumnya berganti secara berkala. Sisik dermal adalah lempengan tulang yang tertanam permanen pada kulit dan bertahan selama hidup ada bagian dermis berupa kromotofora dan dipersi granula-granula pugmen yang mengganti warna dalam menanggapi rangsangan dari lingkungan (Sukiya.2005).
Warna tubuh Reptilia juga seperti kebanyakan vertebrata lain, memiliki beberapa fungsi. Pewarnaan mungkin untuk penyamaran dengan latar belakang lingkungannya dan dengan demikian hewan menjadi tersembunyi dan terlindung. Pewarnaan juga mungkin untuk tanda khusus atau tanda seksual. Beberapa kadal menunjukkan tanda seksual dalam warna dimorfisme, khususnya pada masa kawin. Warna juga penting dalam termoregulasi, yaitu akan terjadi perubahan konsentrasi granula-granula pigmen dalam kromatofora akibat respon temperatur tinggi dengan mengurangi pewarnaan sehingga menjadi lebih terang (Sukiya.2005).

1. Kelenjar Kulit
Dikarenakan sisik epidermal kering maka reptile pada dasarnya hanya memiliki sedikit kelenjar kulit, apalagi untuk ular dan kadal yang kulitnya kadangkala berganti. Kelenjar mucus dan kelenjar di kloaka pada buaya berfungsi selama masa bercumbu. Beberapa kadal juga memiliki kelenjar endokrin di dekat kloaka di masa kawin. Kadal ini memiliki lubang-lubang disebut sebagai lubang preanal atau lubang femoral, umumnya pada betina lebih kecil atau ditemukan hanya pada pejantan. Kelenjar ini menjadi sangat aktif pada musim kawin.Tipe kelenjar holokrin telah ditemukan disebut “kelenjar keturunan” atau “generation gland”. Perubahan sekresi dari kelenjar-kelenjar ini tampak dihubungkan dengan pertumbuhan sisik pada kulit.
2. Sisik Epidermal
Sisik epidermal terlihat amat nyata pada kadal dan ular. Sisik epidermal secara terus-menerus diproduksi oleh karena pertumbuhan dari lapisan stratum germinativum epidermis dan umumnya berlipat sehingga menjadi tumpang tindih satu sama lain. Ketika lapisan sisik epidermal tumbuh sempurna atau secara utuh, akhirnya menjadi terpisah dari stratum germinativum dan tampak sebagai benda mati. Ular dan kadal sisik-sisiknya berganti, sebuah proses yang dikenal sebagai eksidisis. Sebelum berlangsungnya eksidisis, sisik-sisik baru yang akan menggantikan sisik yang tua sudah terbentuk.
3. Gigi
Gigi sama sekali tidak ada pada kura-kura dan penyu, tetapi diganti dengan lapisan tanduk baik di rahang atas maupun bawah seperti layaknya paruh burung. Reptilian kelompok lain umumnya mempunyai gigi dan berkembang baik. Gigi segera diganti jika tanggal. Gigi-gigi Crocodila agak seragam, berbentuk kerucut, kelengkapan giginya mengarah pada gigi tipe thecodont.
Sebagian besar kadal memiliki gigi seragam atau homodont. Ada (sedikit) reptilian yang memiliki gigi seri, taring dan geraham, sehingga pertumbuhan gigi ini mengarah ke tipe heterodont. Sebagian kecil kadal memiliki gigi yang tumbuh pada langit-langit mulut, tetapi umumnya melekat pada rahang. Ada tipe gigi yang hanya melekat pada rahang sehingga tidak terletak pada lubang rahang, disebut tipe acrodont. Tipe gigi pleurodont yaitu gigi berada dan melekat pada sisi dalam rahang. Gigi bawah pada genus Holoderma (kadal berbisa) adalah pleurodont. Racun yang disekresikan oleh kelenjar labial pada rahang bawah Holoderma tidak melewati lubang taring tetapi mengalir melalui luka akibat tusukan gigi.
4. Alat Gerak dan Lokomasi
Reptilia selama sejarah evolusinya telah menggunakan berbagai macam gerakan, ada yang dapat berenang, berjalan atau berlari di daratan, menggali liang, memanjat dan bahkan dapat meluncur di udara. Contoh terbaik tipe dasar tungakai Reptilia adalah kadal. Setiap tungkai biasanya memiliki lima jari dan setiap jari bercakar. Banyak kadal yang berlari dengan empat tungkai, tetapi ada yang banyak menggunakan dua tungkai belakang saat berlari ( sukiya, 2003).

Ciri Morfologi Kelas Reptilia
Menurut (Young.1983) Reptilia adalah kelompok besar keturunan Vertebrata yang mendominasi ada era Mesozoik. Ciri morfologi yang dimiliki anggota kelas Reptilia sebagai berikut :
1.      Tubuh di bungkus oleh kulit kuring yang menanduk (tidak licin) biasanya dengan sisik: beberapa ada yang memiliki kelenjar permukaan kulit.
2.      Mempunyai dua pasang anggota yang masing-masing 5 jari dengan kuku-kuku yang cocok untuk lari, mencengkram dan naik pohon.
3.      Warna kulit beragam menyerupai lingkungannya hingga berwarna khas.

Anatomi dan Fisiologi
1.    Sistem Muscular
Otot aksial (otot badan) Reptilia mulai menunjukkan beebrapa spesialisasi seperti yang ditemukan pada mamalia. Otot Reptilia terutama untuk gerakan lateral tubuh dan menggerakkan ruas-ruas tulang belakang. Hal ini bisa diamati terutama pada bangsa ular, sebab jaringan otot lengan telah menghilang. Otot rangka pada kura-kura dan keabatnya sangat berkurang kecuali pada daerah leher akibat adanya karapaks dan plastron. Dermal atau otot kulit berkembang baik pada Reptilia, dan perkembangan yang sangat baik terjadi pada ular. Jaringan otot tungkai pada Reptilia menunjukkan variasi bergantung pada tipe gerakannya.
2. Sistem Rangka
Tengkorak Reptilia terjadi penulangan lebih abnyak daripada Amphibia dan terdapat banyak variasi di daerah temporal. Tengkorak Reptilia yang memiliki lubang spesifik di daerah temporal disebut tipe tengkorak anapsid. Tipe demikian ditemukan pada kura-kura. Tipe tengkorak euryapsid ditemukan pada Plesiosaurus dan kerabatnya, mempunyai sebuah penyambung supratemporal yang berkembang di kedua sisi tengkorak. Reptiliadi era Permian sampai Jurassic mempunyai tengkorak seperti mamal, ada sepasang lubang infratemporal disebut tipe sinapsid. Reptilia yang hidup pada era Mesozoik mempunyai tipe tengkorak diapsid, yang ditandai dengan lubang supra dan infratemporal. Ciri terakhir ini juga menjadi ciri Reptil sesudah era Chelonia (Testudinata).
Atap ruang otak Reptilia adalah melengkung agak datar, seperti pada kelas Amphibia. Sebuah foramen parietal ke arah pineal, atau mata ketiga, ditemukan pada Tuatara (Sphenodon) dan beberapa jenis kadal, tetapi tidak ditemukan pada kebanyakan Reptilia..
Selain ular, semua Reptilia mempunyai tulang septum orbitalis. Perkembangan awal dari palatum sekunder, dari nares internal ke bagian belakang rongga mulut melintas di sepanjang nasal tersebut, ditemukan pada kura-kura dan sebangsanya. Palatum sekunder berkembang baik pada buaya. Ada sebuah kondilus oksipital. Tulang kuadrat pada kura-kura, maupun Tuatara, menyatu dengan baik. Rahang atas dan bawah pada ular dan kadal dapat bergerak denagn baik, karena ada engsel yang dilengkapo dengan ligamentum. Ligamentum adalah jaringan ikat yang berfungsi untuk menghubungkan tulang satu dengan tulang lainnya. Ligamentum ini merupakan penyambung kedua rahang (rahang atas dan rahang bawah), sedangkan rahang bawah kanan dan rahang bawah kiri juga dihubungkan dengan ligamentum elastis oleh karena itu rahang ular mampu bergerak kudratik dan memungkinkan menelan mangsa yang relatif lebih besar dari ukuran kepalanya. Gigi Reptilia terdapat pada bagian premaksila dan maksila. Gigi tersusun atas bagian pelatin, vomer, dan pterigoid (Sukiya.2005).
Kolumna vertebralis beberapa anggota kelas Reptilia berada pada bagian servik, thorak, lumbal, sakrum, dan kauda. Kondilus oksipital dihubungkan dengan vertebra servik pertama (atlas). Tulang leher kedua (aksis) menahan bagian anteriornya yang dikenal sebagai prosesusodontoid yang diyakini sebagai pusat dari atlas tersebut. Vertebra thorakis mendukung tulang tiga dan bertemu dengan sternum pada bagian ventral (terkecuali pada Reptiliatak bertungkai dan kura-kura). Antara vertebra thirak dan kedua vertebra sakrum adalah bagian vertebra lumbal yang sangat fleksibel geraknya. Jumlah vertebra bagian ekor pada Reptilia sangat bervariasi. Ruas tulang belakang kura-kura, selain servik dan kauda, menyatu pada lempengan karapaks. Sebagian Reptilia mempunyai centrum tulang belakang yang disebut procoelous dengan tipe persendian berbentuk bola dan socket, ujung posterior membulat dan ujung anteriornya cekung. Bentuk sambungan ini sangat bervariasi tergantung dari tipe gerakan Reptilia yang bersangkutan, sehingga dapat ditemukan brbagai bentuk permukaan centrum vertebra, antara lain proceolous, opisthocoelous, heterocoelous, amphycoelous maupun acoelous (Young,1983).
BeberapaReptilia tidak bertungkai tidak ada alat gerak, beberapa Reptilia yang lain terdapat sisa-sisa tungkai yang tersembunyi tampak sebagai taji. Tungkai kura-kura laut mengalami modifikasi menjadi sirip untuk berenang, tetapi kura-kura darat mempunyai tungkai untuk menyangga berat tubuhnya (Young,1983).
Kadal umumnya memiliki lima jari pada masing-masing kaki dan beberapa spesies mempunyai kemapuan untik berlari sangat cepat, tetapi ada kadal yang tidak bertungkai sehingga seperti ular. Jari kaki pada beberapa Reptilia sejenis buaya mungkin terpisah atau menjadi satu oleh anyaman selaput sebagai adaptasi untuk kehidupan (Young,1983).
3.      Sistem Respirasi
Paru-paru pada Reptilia lebih berkembang daripada Amphibia, tetapi masih lebih sederhana dibandingakan dengan vertebrata yang lebih tinggi. Paru-paru kiri pada ular tereduksi atau abhkan tidak ada. Reduksi atau eleminasi ini ada hubungannya dengan bentuk tubuh memanjang. Paru-paru bangsa buaya mirip mamal, sementara itu pada sebagian kecil kadal memiliki diverticula yang terentang dibagian posterior paru-paru, berfungsi seperti ahlnya kantong udara pada burung. Trakhea dan bronkhus umumnya pendek dan sederhana, tetapi Reptilia berleher panjang misalnya kura-kura, trkhea juga panjang.
4.      Sistem Respirasi
Paru-paru pada Reptilia lebih berkembang daripada Amphibia, tetapi masih lebih sederhana dibandingakan dengan vertebrata yang lebih tinggi. Paru-paru kiri pada ular tereduksi atau abhkan tidak ada. Reduksi atau eleminasi ini ada hubungannya dengan bentuk tubuh memanjang. Paru-paru bangsa buaya mirip mamal, sementara itu pada sebagian kecil kadal memiliki diverticula yang terentang dibagian posterior paru-paru, berfungsi seperti ahlnya kantong udara pada burung. Trakhea dan bronkhus umumnya pendek dan sederhana, tetapi Reptilia berleher panjang misalnya kura-kura, trkhea juga panjang.
5.      Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan padaReptilia disesuaikan dengan kebiasaan makan. Reptilia umumnya herbivora, hanya sedikit yang karnivora. Reptiliakarnivora kecil makanan pokoknya serangga dan avertebrata lain, sedangakn karnivora yang lebih beasr mangsa pokoknya adalah vertebrata lain muali dari ikan sampai mamal (Sukiya,2005).
Reptilia darat umumya mempunyai kelenjar pencernaan di mulut yang berkembang lebih baik. Hal ini dihubungkan dengan keperluan untuk pelumasan makanan yang kering agar mengurangi gesekan saat ditelan. Kelenjar-kelenjar ini antara lain di daerah fasial, lingaul dan sublingual. Kelenjar racun pada Reptilia berasal dari beberapa kelenjar mulut tersebut. Kelenjar racun pada kadal merupakan modifikasi dari kelenjar sublingual (Sukiya,2005).
Beberapa Reptilia memiliki lidah yang berkembang baik. Lidah dapat dijulurkan untuk menangkap mangsa, ujungnya dipertebal dan lengket sehingga mangsa dapat menempel. Ujung lidah ular bercabang dan dapat dijulurkan, berfungsi sebagai alat untuk menyalurkan rangsangan kimia dari lingkungan luar. Lidah kura-kura dan buaya tidak dapat dijulurkan. Esofagus mudah dibedakan dengan ventrikulus. Ventrikulus buaya serupa dengan burung dan sebagian darinya membentuk bangunan seperti empedal yang dilapisi otot kuat. Usus halus umumnya bergelung-gelung untuk memeperbesar permukaan penyerapan. Caecum terletak pada titik persimpangan antara usus halus dan usus besar, tetapi tidak semua Reptilia memilikinya (Sukiya,2005).
6.      Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi pada Reptilia lebih sempurna daripada Amphibia oleh sebab adanya paru-paru fungsional dan ginjal metanefros (Gambar 1.4). Atrium jantung terbagi sempurna menjadi ruangan kanan dan kiri, sinus venosus menyatu denagn dinding dari atrium kanan, ventrikel terpisah olep septum (sekat). Ventrikel pada aligator dan buaya terbagi menjadi dua kamar secara sempurna (Sukiya,2003).
7.      Sistem Urogenital
Ginjal Reptilia, seperti halnya pada burung dan mamal, dikenal sebagai tipe metanefros, sedangkan ginjal saat embrio adalah pronefros dan mesonefros. Ginjal metanefros pada dasarnya serupa dengan mesonefros tetapi lebih ringkas dan memuat jumlah lebih banyak unit-unit renal, ada saluran menuju tubulus dan akhirnya menyatu disebut ureter. Perkembangan  tipe ginjal adalah untuk efisiensi ekskretori akibat meningkatnya aktivitas. Ada Reptilia yang memiliki kantung kemih, tetapi pada buaya, kadal dan ular, tidak ditemukan (Young.1983).
Ovarium dan testis pada Reptilia berpasangan. Telur Reptilia sedikit lebih keras dibanding telur Amphibia. Kuning telur lebih banyak dibutuhkan untuk perkembangan embrio dan setelah menetas. Telur Reptilia sering kali diselubungi oleh albumin dan lapisan pembungkus luar berupa cangkang kalkareus. Albumin dan cangkang luar dihasilkan oleh kelenjar disepanjang oviduk, kemudian telur dikeuarkan lewat kloaka. Telur reptilia dibuahi secara interna, akibatnay pejantan pada banyak spesies mempunyai organ khusus untuk memindahkan sperma ke betina. Organ ini pada kadal dan ular terdapat sepasang, terletak di sekitar kloaka disebut hemipenis (Sukiya, 2005).
8.      Sistem Saraf
Otak tengah pada amniota adalah sebagai pusat dari aktivitas, tetapi pada Reptilia terdapat perubahan cerebrum. Perubahan tersebut akibat perkembangan ukuran dari belahan-belahan otak karena adanya invasi pallium oleh beberapa sel saraf sehingga menjadi bentuk neopallium. Cerebellum ini dihubungkan denagn macam gerakan dari kebanyakan Reptilia. Reptiliamemiliki 12 saraf kranial (Young.1983).
9.      Organ Indra
Mata adalah salah satu organ indra dari kebanyakan binatang melata. Mata tersebut dilindungi oleh kelopak mata. Mata  berhubungan dengan air mata dan kelenjar Harderian yang menjaga agar kornea mata tetap lembab. Pada kadal terdapat suatu lakrimal yang merupakan saluran pipa sebagai alat untuk mengangkut air mata menuju mulut. Sedangakan pada buaya saluran tersebut mengangkut air mata menuju masuk rongga hidung. Mata kebanyakan binatang melata didukung oleh suatu tulang rawan (Young.1983)
Kuncup perasa pada kebanyakan Reptilia hanya sebatas di daerah faringeal disebut Jacobson, terletak di antara lintasan nasal. Organ Jacobson ini mencapai pengembangan sempurna pada ular dan kadal.
Pada beragam vertebrata tingkat rendah, penyesuaian diri untuk melihat jauh dan dekat diatasi dengan gerakan lensa ke depan atau ke belakang sehingga menjadi berubah jarak antara lensa dengan bagian sensitif retina. Penyesuaian jarak pandang ini pada Reptilia dan sebagian besar amniota, diatasi bukan dengan gerakan lensa mata, tetap dengan mengganti bentuknya. Lensa mata bentuknya menjadi lebih pipih untuk pandangan jauh atau lebih membulat untuk pandangan dekat. Pipih atau membulatnya lensa ini dihasilkan dari kerja otot-otot lensa mata.
Berdasarkan hasil penelitian ternyata kadal diurnal dan kura-kura, mampu membedakan secara tepat warna kuning, merah, biru, dan hijau. Hal ini terjadi karena reseptor warna mengalami kemunduran sehingga hanya gelombang panjang saja yang dapat dikenali. Kelopak mata pada beberapa Reptilia umumnya dapat digerakkan. Beberapa Reptilia memiliki membran niktitan di bawah kelopak mata atas dan bawah.
Struktur telinga pada Reptilia juga bervariasi. Lagena lebih panjang daripada lagena Amphibia dan pada buaya betul-betul membentuk saluran rumah siput agak serupa dengan yang ada pada burung. Depresi gelombang suara itu harus melewati kanal pendek pada alat pendengaran bagian luar agar mengenai membran timpani, telinga tengah dan saluran eustakius. Ular setelah menerima vibrasi ditransmisikan melalui quadrat menuju kolumella.
A.      Klasifikasi Kelas Reptilia
Menurut (Young.1983) kelas Reptilia diklasifikasikan menjadi enam sub-kelas dengan beberapa ordo yaitu :
1.      Anapsida
Kelompok reptil cocok untuk mempertahankan hidup di darat. Banyak fitur yang menunjukkan kemajuan yang cukup besar dalam hal ini daripada amphibi, misalnya pada kekeringan kulit, reproduksi, dan, radiasi besar reptil di setiap jenis tanah habitat selama periode Mesozoikum menunjukkan mekanisme yang efesien. Pada subclass anapsida dibagi menjadi tiga ordo yaitu Cotylosaurus, Mesosauria dan Chelonia.
Order Cotylosauria
Salah satu contoh dari Cotylosauria adalah Romeriscus, yang merupakan specimen tunggal dari pennsylvannin golongan rendah, contoh lainnya adalah Solenodonsaurus.
Order Chelonia (Turtles)
Contoh dari ordo Chelonia adalah Kura-kura, kura – kura menutup diri di dalam kotak. kura – kura merupakan bagian dari subklass Anapsid yang paling awal. Bahkan saat ini kura kura memiliki variasi yang cukup banyak serta kelompoknya juga cukup luas yaitu lebih dari 200 spesies. Ini termasuk hewan darat seperti Testudo graeca. Kura-kura air tawar merupakan herbivora, seperti chrysemis dan therrapins Amerika lainnya. Chelonia laut, biasanya dikenal sebagai kura-kura, yang seringkali berukuran besar. Dhermochelis merupakan kura-kura kasar, yang tidak memiliki cangkang dengan ukurannya adalah lebih dari 2 m panjang dan berat lebih dari 500 kg. Chelonia mydas, penyu hijau atau dimakan nya sekitar 1 m panjang.
2.      Synaptosauria
Order protosauria (Dawn Lizard)
Semua synaptosauria memiliki cirri khusus yaitu sebuah fossa temporalis tunggal di bagian atas atau parapsid bentuk paling awal yang kecil kadal terestrial - seperti makhluk seperti pada Araeoscelis dan Permian

Order Sauropterygia (lizard fins)
Contoh pada ordo ini merupakan reptil laut Creatoceous, Nothosaurus, Lariosaurus (Gambar 14.9 anggota badan sebagian diubah menjadi dayung. Fossa sementara atas diperbesar dan lubang hidung terbaring agak jauh ke belakang, seperti di banyak reptil air.

Order placodonia (Plate – like teeth)
Placodonts yang terkait dengan plesisours dan khusus untuk molluse - makan dengan perkembangan gigi grinding besar di rahang dan langit-langit.
3.      Ichthyopterygia
Hewan-hewan ini, ditemukan di Triassic dan Jurassic, bahkan lebih dimodifikasi untuk kehidupan air daripada plesiosaurus (Ichthyosaurusmereka mencapai panjang hingga 9 m. mereka menempati posisi sebanding dengan lumba-lumba dan paus. Tubuh memiliki bentuk ikan  dan renang dengan gerakan bergelombang lateral. Memiliki sirip yang kecil berpasangan. Kepala itu banyak dimodifikasi untuk kehidupan air, dengan moncong sangat panjang bersenjata dengan gigi tajam, dan lubang hidung ditetapkan untuk kembali. Yang besar dan dikelilingi oleh cincin sclerotie lempeng tulang (Young.1983)
4.      Lepidosauria
Sebelumnya pada reptile ini dibagi dua subkelas, yang Lepidosauria, yang meliputi sphenodon, kadal dan ular dan archosauria, termasuk buaya, dinosaurus, pterosaurus berasal dari lepidosaurs primitif seperti Youngina, atau apakah kedua kelompok muncul secara independen dari nenek moyang cotylosaurian.
5.      Archosauria
Archosaurs adalah binatang darat dominan dari Mesozoik akhir, dan mereka termasuk dinosaurus dan Pterosaurus. Buaya yang hidup dari kelompok yang tetap pada tingkat reptil. Burung-burung, yang tidak diragukan lagi juga keturunan dari kelompok archosaurian ini. Archosaurs memiliki tengkorak diapsid dan biasanya dianggap keturunan eosuchians.
6.      Synapsida
Synapsida memiliki anggota dua ordo yaitu Pelycosauriaa dan Therapsida.

Habitat
Anggota Reptilia hanya ditemukan pada bagian bumi yang hangat, karena hewan ini tidak memiliki mekanisme pengaturan panas tubuh (termoregulasi). Sebagai makhluk ektoterm, maka Reptilia lebih banyak tergantung pada lingkungan eksternal untuk panas tubuh, jadi Reptilia tidak berkembang pada lingkungan yang temperaturnya rendah. Selama beraktivitas, Reptilia mampu mengatur temperatur tubuhnya dengan menggunakan radiasi sinar matahari dan radiasi panas dari tanah dengan cara mengendalikan periode penempatan dirinya pada beberapa sumber panas, sehingga temperatur tubuh dapat dijaga secara konstan. Jila rata-rata temperatur udara tunggi, maka Reptilia hanya sedikit tergantung terhadap radiasi (Sukiya, 2005).
Sebagian besar Reptilia menggunakan harinya untuk berjemur di bebatuan pantai yang terkena radiasi matahari langsung. Kelebihan panas dicegah dengan meminimkan permukaan tubuh yang terkena langsung radiasi matahari dan juga mengambil keuntungan dari angin pantai yang relatif dingin (Young,1983)
Reptilia padang pasir bergantung pada penguapan tubuh untuk pendinginan sebagai mekanisme termoregulator. Pada saat temperatur lingkungansangat panas dengan membuka mulut dan terengah-engah, sehingga kehilangan air lewat paru-paru menjadi lebih besar. Kisaran temperatur  tubuh ekstrim untuk Reptilia adalah antara 11oC – 46,5 oC. Reptilia telah kehilanagan spesialisasinya untuk hidup di perairan, di antaranya insang, pasangan organ lateral, dan kelenjar mukosa eksternal (Sukiya, 2005).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar