Mata Kuliah Keanekaragaman Hewan
REPTILIA
Reptilia
merupakan Vertebrata pertama yang sepenuhnya tererstrial dan tak perlu kembali
ke air untuk berkembang biak. Hal ini dicapai melalui evolusi telur yang
kledoik (tertutup). Telur jenis ini berukuran besar dan mempunyai cangkang.
Umumnya tubuh ditutupi oleh kulit dari sisik tanduk dan sering diperkuat dengan
osteodermtulang. Reptilia termasuk
dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi pada beberapa
diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti pada
serpentes dan sebagian lacertilian.
Reptilia
merupakan sekelompok vertebrata yang menyesuaikan diri di tempat yang kering di
tanah. Penandukan atau cornificatio
kulit dan squama atau carpace untuk
menjaga banyak hilangnya cairan dari tubuh pada tempat yang kasar. Nama kelas
ini diambil dari model cara hewan ini berjalan (Latin : reptum = melata atau merayap) dan study tentang Reptilia disebut Herpetology.
Tubuh Reptilia dibungkus oleh sisik kering sebagai pelindung rubuh
seperti halnya sisik ikan. Sisik-sisik ini terbagi ke dalam dua kategori,
epidermal dan dermal. Tipe sisik Reptilia
adalah superfisial dan umumnya berganti secara berkala. Sisik dermal adalah
lempengan tulang yang tertanam permanen pada kulit dan bertahan selama hidup
ada bagian dermis berupa kromotofora dan dipersi granula-granula pugmen yang
mengganti warna dalam menanggapi rangsangan dari lingkungan (Sukiya.2005).
Warna tubuh Reptilia juga seperti kebanyakan vertebrata lain, memiliki beberapa
fungsi. Pewarnaan mungkin untuk penyamaran dengan latar belakang lingkungannya
dan dengan demikian hewan menjadi tersembunyi dan terlindung. Pewarnaan juga
mungkin untuk tanda khusus atau tanda seksual. Beberapa kadal menunjukkan tanda
seksual dalam warna dimorfisme, khususnya pada masa kawin. Warna juga penting
dalam termoregulasi, yaitu akan terjadi perubahan konsentrasi granula-granula
pigmen dalam kromatofora akibat respon temperatur tinggi dengan mengurangi
pewarnaan sehingga menjadi lebih terang (Sukiya.2005).
1. Kelenjar
Kulit
Dikarenakan sisik epidermal kering maka reptile pada
dasarnya hanya memiliki sedikit kelenjar kulit, apalagi untuk ular dan kadal
yang kulitnya kadangkala berganti. Kelenjar mucus dan kelenjar di kloaka pada
buaya berfungsi selama masa bercumbu. Beberapa kadal juga memiliki kelenjar
endokrin di dekat kloaka di masa kawin. Kadal ini memiliki lubang-lubang disebut
sebagai lubang preanal atau lubang femoral, umumnya pada betina lebih kecil
atau ditemukan hanya pada pejantan. Kelenjar ini menjadi sangat aktif pada
musim kawin.Tipe kelenjar holokrin telah ditemukan disebut “kelenjar keturunan”
atau “generation gland”. Perubahan
sekresi dari kelenjar-kelenjar ini tampak dihubungkan dengan pertumbuhan sisik
pada kulit.
2. Sisik
Epidermal
Sisik epidermal terlihat amat nyata
pada kadal dan ular. Sisik epidermal secara terus-menerus diproduksi oleh
karena pertumbuhan dari lapisan stratum germinativum epidermis dan umumnya
berlipat sehingga menjadi tumpang tindih satu sama lain. Ketika lapisan sisik
epidermal tumbuh sempurna atau secara utuh, akhirnya menjadi terpisah dari
stratum germinativum dan tampak sebagai benda mati. Ular dan kadal
sisik-sisiknya berganti, sebuah proses yang dikenal sebagai eksidisis. Sebelum berlangsungnya eksidisis, sisik-sisik baru yang akan
menggantikan sisik yang tua sudah terbentuk.
3. Gigi
Gigi sama sekali tidak
ada pada kura-kura dan penyu, tetapi diganti dengan lapisan tanduk baik di
rahang atas maupun bawah seperti layaknya paruh burung. Reptilian kelompok lain umumnya mempunyai gigi dan berkembang baik.
Gigi segera diganti jika tanggal. Gigi-gigi Crocodila
agak seragam, berbentuk kerucut, kelengkapan giginya mengarah pada gigi tipe thecodont.
Sebagian besar kadal
memiliki gigi seragam atau homodont.
Ada (sedikit) reptilian yang memiliki
gigi seri, taring dan geraham, sehingga pertumbuhan gigi ini mengarah ke tipe heterodont. Sebagian kecil kadal
memiliki gigi yang tumbuh pada langit-langit mulut, tetapi umumnya melekat pada
rahang. Ada tipe gigi yang hanya melekat pada rahang sehingga tidak terletak
pada lubang rahang, disebut tipe acrodont.
Tipe gigi pleurodont yaitu gigi
berada dan melekat pada sisi dalam rahang. Gigi bawah pada genus Holoderma (kadal berbisa) adalah
pleurodont. Racun yang disekresikan oleh kelenjar labial pada rahang bawah Holoderma tidak melewati lubang taring
tetapi mengalir melalui luka akibat tusukan gigi.
4. Alat
Gerak dan Lokomasi
Reptilia selama
sejarah evolusinya telah menggunakan berbagai macam gerakan, ada yang dapat
berenang, berjalan atau berlari di daratan, menggali liang, memanjat dan bahkan
dapat meluncur di udara. Contoh terbaik tipe dasar tungakai Reptilia adalah kadal. Setiap tungkai
biasanya memiliki lima jari dan setiap jari bercakar. Banyak kadal yang berlari
dengan empat tungkai, tetapi ada yang banyak menggunakan dua tungkai belakang
saat berlari ( sukiya, 2003).
Ciri
Morfologi Kelas Reptilia
Menurut (Young.1983)
Reptilia adalah kelompok besar
keturunan Vertebrata yang mendominasi ada era Mesozoik. Ciri morfologi yang
dimiliki anggota kelas Reptilia
sebagai berikut :
1.
Tubuh di bungkus oleh kulit kuring yang
menanduk (tidak licin) biasanya dengan sisik: beberapa ada yang memiliki
kelenjar permukaan kulit.
2.
Mempunyai dua pasang anggota yang
masing-masing 5 jari dengan kuku-kuku yang cocok untuk lari, mencengkram dan
naik pohon.
3.
Warna kulit beragam menyerupai
lingkungannya hingga berwarna khas.
Anatomi
dan Fisiologi
1. Sistem Muscular
Otot aksial (otot badan) Reptilia
mulai menunjukkan beebrapa spesialisasi seperti yang ditemukan pada mamalia.
Otot Reptilia terutama untuk gerakan
lateral tubuh dan menggerakkan ruas-ruas tulang belakang. Hal ini bisa diamati
terutama pada bangsa ular, sebab jaringan otot lengan telah menghilang. Otot
rangka pada kura-kura dan keabatnya sangat berkurang kecuali pada daerah leher
akibat adanya karapaks dan plastron. Dermal atau otot kulit berkembang baik
pada Reptilia, dan perkembangan yang
sangat baik terjadi pada ular. Jaringan otot tungkai pada Reptilia menunjukkan variasi bergantung pada tipe gerakannya.
2. Sistem Rangka
Tengkorak Reptilia terjadi penulangan lebih abnyak
daripada Amphibia dan terdapat banyak
variasi di daerah temporal. Tengkorak Reptilia
yang memiliki lubang spesifik di daerah temporal disebut tipe tengkorak anapsid. Tipe demikian ditemukan pada
kura-kura. Tipe tengkorak euryapsid
ditemukan pada Plesiosaurus dan
kerabatnya, mempunyai sebuah penyambung supratemporal yang berkembang di kedua
sisi tengkorak. Reptiliadi era
Permian sampai Jurassic mempunyai tengkorak seperti mamal, ada sepasang lubang
infratemporal disebut tipe sinapsid. Reptilia
yang hidup pada era Mesozoik mempunyai tipe tengkorak diapsid, yang ditandai dengan lubang supra dan infratemporal. Ciri
terakhir ini juga menjadi ciri Reptil sesudah
era Chelonia (Testudinata).
Atap ruang otak Reptilia adalah melengkung agak datar,
seperti pada kelas Amphibia. Sebuah foramen parietal ke arah pineal, atau mata ketiga, ditemukan pada
Tuatara (Sphenodon) dan beberapa
jenis kadal, tetapi tidak ditemukan pada kebanyakan Reptilia..
Selain ular,
semua Reptilia mempunyai tulang septum orbitalis. Perkembangan awal dari
palatum sekunder, dari nares internal ke bagian belakang rongga mulut melintas
di sepanjang nasal tersebut, ditemukan pada kura-kura dan sebangsanya. Palatum
sekunder berkembang baik pada buaya. Ada sebuah kondilus oksipital. Tulang
kuadrat pada kura-kura, maupun Tuatara,
menyatu dengan baik. Rahang atas dan bawah pada ular dan kadal dapat bergerak
denagn baik, karena ada engsel yang dilengkapo dengan ligamentum. Ligamentum
adalah jaringan ikat yang berfungsi untuk menghubungkan tulang satu dengan
tulang lainnya. Ligamentum ini merupakan penyambung kedua rahang (rahang atas
dan rahang bawah), sedangkan rahang bawah kanan dan rahang bawah kiri juga
dihubungkan dengan ligamentum elastis oleh karena itu rahang ular mampu
bergerak kudratik dan memungkinkan menelan mangsa yang relatif lebih besar dari
ukuran kepalanya. Gigi Reptilia
terdapat pada bagian premaksila dan maksila. Gigi tersusun atas bagian pelatin,
vomer, dan pterigoid (Sukiya.2005).
Kolumna
vertebralis beberapa anggota kelas Reptilia
berada pada bagian servik, thorak, lumbal, sakrum, dan kauda. Kondilus
oksipital dihubungkan dengan vertebra servik pertama (atlas). Tulang leher
kedua (aksis) menahan bagian anteriornya yang dikenal sebagai prosesusodontoid yang diyakini sebagai
pusat dari atlas tersebut. Vertebra thorakis mendukung tulang tiga dan bertemu
dengan sternum pada bagian ventral (terkecuali pada Reptiliatak bertungkai dan kura-kura). Antara vertebra thirak dan
kedua vertebra sakrum adalah bagian vertebra lumbal yang sangat fleksibel
geraknya. Jumlah vertebra bagian ekor pada Reptilia
sangat bervariasi. Ruas tulang belakang kura-kura, selain servik dan kauda,
menyatu pada lempengan karapaks. Sebagian Reptilia
mempunyai centrum tulang belakang yang disebut procoelous dengan tipe persendian berbentuk bola dan socket, ujung
posterior membulat dan ujung anteriornya cekung. Bentuk sambungan ini sangat
bervariasi tergantung dari tipe gerakan Reptilia
yang bersangkutan, sehingga dapat ditemukan brbagai bentuk permukaan centrum
vertebra, antara lain proceolous,
opisthocoelous, heterocoelous, amphycoelous maupun acoelous (Young,1983).
BeberapaReptilia tidak bertungkai tidak ada alat
gerak, beberapa Reptilia yang lain
terdapat sisa-sisa tungkai yang tersembunyi tampak sebagai taji. Tungkai
kura-kura laut mengalami modifikasi menjadi sirip untuk berenang, tetapi
kura-kura darat mempunyai tungkai untuk menyangga berat tubuhnya (Young,1983).
Kadal umumnya
memiliki lima jari pada masing-masing kaki dan beberapa spesies mempunyai
kemapuan untik berlari sangat cepat, tetapi ada kadal yang tidak bertungkai
sehingga seperti ular. Jari kaki pada beberapa Reptilia sejenis buaya mungkin terpisah atau menjadi satu oleh
anyaman selaput sebagai adaptasi untuk kehidupan (Young,1983).
3.
Sistem
Respirasi
Paru-paru
pada Reptilia lebih berkembang
daripada Amphibia, tetapi masih lebih
sederhana dibandingakan dengan vertebrata yang lebih tinggi. Paru-paru kiri
pada ular tereduksi atau abhkan tidak ada. Reduksi atau eleminasi ini ada
hubungannya dengan bentuk tubuh memanjang. Paru-paru bangsa buaya mirip mamal,
sementara itu pada sebagian kecil kadal memiliki diverticula yang terentang dibagian posterior paru-paru, berfungsi
seperti ahlnya kantong udara pada burung. Trakhea dan bronkhus umumnya pendek
dan sederhana, tetapi Reptilia
berleher panjang misalnya kura-kura, trkhea juga panjang.
4.
Sistem
Respirasi
Paru-paru
pada Reptilia lebih berkembang
daripada Amphibia, tetapi masih lebih
sederhana dibandingakan dengan vertebrata yang lebih tinggi. Paru-paru kiri
pada ular tereduksi atau abhkan tidak ada. Reduksi atau eleminasi ini ada
hubungannya dengan bentuk tubuh memanjang. Paru-paru bangsa buaya mirip mamal,
sementara itu pada sebagian kecil kadal memiliki diverticula yang terentang dibagian posterior paru-paru, berfungsi
seperti ahlnya kantong udara pada burung. Trakhea dan bronkhus umumnya pendek
dan sederhana, tetapi Reptilia berleher
panjang misalnya kura-kura, trkhea juga panjang.
5.
Sistem
Pencernaan
Sistem
pencernaan padaReptilia disesuaikan
dengan kebiasaan makan. Reptilia
umumnya herbivora, hanya sedikit yang karnivora. Reptiliakarnivora kecil makanan pokoknya serangga dan avertebrata
lain, sedangakn karnivora yang lebih beasr mangsa pokoknya adalah vertebrata
lain muali dari ikan sampai mamal (Sukiya,2005).
Reptilia
darat umumya mempunyai kelenjar pencernaan di mulut yang berkembang lebih baik.
Hal ini dihubungkan dengan keperluan untuk pelumasan makanan yang kering agar
mengurangi gesekan saat ditelan. Kelenjar-kelenjar ini antara lain di daerah fasial, lingaul dan sublingual. Kelenjar racun pada Reptilia
berasal dari beberapa kelenjar mulut tersebut. Kelenjar racun pada kadal
merupakan modifikasi dari kelenjar sublingual (Sukiya,2005).
Beberapa
Reptilia memiliki lidah yang
berkembang baik. Lidah dapat dijulurkan untuk menangkap mangsa, ujungnya
dipertebal dan lengket sehingga mangsa dapat menempel. Ujung lidah ular
bercabang dan dapat dijulurkan, berfungsi sebagai alat untuk menyalurkan
rangsangan kimia dari lingkungan luar. Lidah kura-kura dan buaya tidak dapat
dijulurkan. Esofagus mudah dibedakan dengan ventrikulus. Ventrikulus buaya
serupa dengan burung dan sebagian darinya membentuk bangunan seperti empedal
yang dilapisi otot kuat. Usus halus umumnya bergelung-gelung untuk memeperbesar
permukaan penyerapan. Caecum terletak pada titik persimpangan antara usus halus
dan usus besar, tetapi tidak semua Reptilia
memilikinya (Sukiya,2005).
6.
Sistem
Sirkulasi
Sistem
sirkulasi pada Reptilia lebih
sempurna daripada Amphibia oleh sebab
adanya paru-paru fungsional dan ginjal metanefros (Gambar 1.4). Atrium jantung
terbagi sempurna menjadi ruangan kanan dan kiri, sinus venosus menyatu denagn
dinding dari atrium kanan, ventrikel terpisah olep septum (sekat). Ventrikel pada aligator dan buaya terbagi menjadi
dua kamar secara sempurna (Sukiya,2003).
7.
Sistem
Urogenital
Ginjal
Reptilia, seperti halnya pada burung
dan mamal, dikenal sebagai tipe metanefros, sedangkan ginjal saat embrio adalah
pronefros dan mesonefros. Ginjal metanefros pada dasarnya serupa dengan
mesonefros tetapi lebih ringkas dan memuat jumlah lebih banyak unit-unit renal,
ada saluran menuju tubulus dan akhirnya menyatu disebut ureter.
Perkembangan tipe ginjal adalah untuk
efisiensi ekskretori akibat meningkatnya aktivitas. Ada Reptilia yang memiliki kantung kemih, tetapi pada buaya, kadal dan
ular, tidak ditemukan (Young.1983).
Ovarium
dan testis pada Reptilia berpasangan.
Telur Reptilia sedikit lebih keras
dibanding telur Amphibia. Kuning
telur lebih banyak dibutuhkan untuk perkembangan embrio dan setelah menetas.
Telur Reptilia sering kali
diselubungi oleh albumin dan lapisan pembungkus luar berupa cangkang kalkareus.
Albumin dan cangkang luar dihasilkan oleh kelenjar disepanjang oviduk, kemudian
telur dikeuarkan lewat kloaka. Telur reptilia
dibuahi secara interna, akibatnay pejantan pada banyak spesies mempunyai organ
khusus untuk memindahkan sperma ke betina. Organ ini pada kadal dan ular
terdapat sepasang, terletak di sekitar kloaka disebut hemipenis (Sukiya, 2005).
8.
Sistem
Saraf
Otak
tengah pada amniota adalah sebagai pusat dari aktivitas, tetapi pada Reptilia terdapat perubahan cerebrum.
Perubahan tersebut akibat perkembangan ukuran dari belahan-belahan otak karena
adanya invasi pallium oleh beberapa sel saraf sehingga menjadi bentuk
neopallium. Cerebellum ini dihubungkan denagn macam gerakan dari kebanyakan Reptilia. Reptiliamemiliki 12 saraf
kranial (Young.1983).
9.
Organ
Indra
Mata adalah salah satu organ
indra dari kebanyakan binatang melata. Mata tersebut dilindungi oleh kelopak
mata. Mata berhubungan dengan air mata
dan kelenjar Harderian yang menjaga agar kornea mata tetap lembab. Pada kadal
terdapat suatu lakrimal yang merupakan saluran pipa sebagai alat untuk
mengangkut air mata menuju mulut. Sedangakan pada buaya saluran tersebut
mengangkut air mata menuju masuk rongga hidung. Mata kebanyakan binatang melata
didukung oleh suatu tulang rawan (Young.1983)
Kuncup perasa pada
kebanyakan Reptilia hanya sebatas di
daerah faringeal disebut Jacobson,
terletak di antara lintasan nasal. Organ Jacobson
ini mencapai pengembangan sempurna pada ular dan kadal.
Pada beragam vertebrata
tingkat rendah, penyesuaian diri untuk melihat jauh dan dekat diatasi dengan
gerakan lensa ke depan atau ke belakang sehingga menjadi berubah jarak antara
lensa dengan bagian sensitif retina. Penyesuaian jarak pandang ini pada Reptilia dan sebagian besar amniota,
diatasi bukan dengan gerakan lensa mata, tetap dengan mengganti bentuknya.
Lensa mata bentuknya menjadi lebih pipih untuk pandangan jauh atau lebih
membulat untuk pandangan dekat. Pipih atau membulatnya lensa ini dihasilkan
dari kerja otot-otot lensa mata.
Berdasarkan
hasil penelitian ternyata kadal diurnal dan kura-kura, mampu membedakan secara
tepat warna kuning, merah, biru, dan hijau. Hal ini terjadi karena reseptor
warna mengalami kemunduran sehingga hanya gelombang panjang saja yang dapat
dikenali. Kelopak mata pada beberapa Reptilia
umumnya dapat digerakkan. Beberapa Reptilia
memiliki membran niktitan di bawah kelopak mata atas dan bawah.
Struktur
telinga pada Reptilia juga
bervariasi. Lagena lebih panjang daripada lagena Amphibia dan pada buaya betul-betul membentuk saluran rumah siput
agak serupa dengan yang ada pada burung. Depresi gelombang suara itu harus
melewati kanal pendek pada alat pendengaran bagian luar agar mengenai membran
timpani, telinga tengah dan saluran eustakius. Ular setelah menerima vibrasi
ditransmisikan melalui quadrat menuju kolumella.
A. Klasifikasi Kelas Reptilia
Menurut
(Young.1983) kelas Reptilia
diklasifikasikan menjadi enam sub-kelas dengan beberapa ordo yaitu :
1.
Anapsida
Kelompok reptil cocok untuk
mempertahankan hidup di darat. Banyak fitur yang menunjukkan kemajuan yang
cukup besar dalam hal ini daripada amphibi, misalnya pada kekeringan kulit,
reproduksi, dan, radiasi besar reptil di setiap jenis tanah habitat selama periode
Mesozoikum menunjukkan mekanisme yang efesien. Pada subclass anapsida dibagi
menjadi tiga ordo yaitu Cotylosaurus,
Mesosauria dan Chelonia.
Order Cotylosauria
Salah satu contoh dari Cotylosauria adalah Romeriscus, yang merupakan specimen tunggal dari pennsylvannin golongan rendah, contoh lainnya adalah Solenodonsaurus.
Order Chelonia
(Turtles)
Contoh dari ordo Chelonia adalah Kura-kura, kura – kura menutup diri di dalam kotak.
kura – kura merupakan bagian dari subklass Anapsid
yang paling awal. Bahkan saat ini kura kura memiliki variasi yang cukup banyak
serta kelompoknya juga cukup luas yaitu lebih dari 200 spesies. Ini termasuk
hewan darat seperti Testudo graeca. Kura-kura
air tawar merupakan herbivora,
seperti chrysemis dan therrapins Amerika lainnya. Chelonia laut, biasanya dikenal sebagai
kura-kura, yang seringkali berukuran besar. Dhermochelis
merupakan kura-kura kasar, yang tidak memiliki cangkang dengan ukurannya adalah
lebih dari 2 m panjang dan berat lebih dari 500 kg. Chelonia mydas, penyu
hijau atau dimakan nya sekitar 1 m panjang.
2.
Synaptosauria
Order
protosauria (Dawn Lizard)
Semua
synaptosauria memiliki cirri khusus yaitu sebuah fossa temporalis tunggal di
bagian atas atau parapsid bentuk paling awal yang kecil kadal terestrial -
seperti makhluk seperti pada Araeoscelis
dan Permian
Order
Sauropterygia (lizard fins)
Contoh
pada ordo ini merupakan reptil laut Creatoceous,
Nothosaurus, Lariosaurus (Gambar
14.9 anggota badan sebagian diubah menjadi dayung. Fossa sementara atas diperbesar
dan lubang hidung terbaring agak jauh ke belakang, seperti di banyak reptil
air.
Order placodonia (Plate – like
teeth)
Placodonts
yang terkait dengan plesisours dan khusus untuk molluse - makan dengan
perkembangan gigi grinding besar di rahang dan langit-langit.
3.
Ichthyopterygia
Hewan-hewan ini,
ditemukan di Triassic dan Jurassic, bahkan lebih dimodifikasi untuk kehidupan
air daripada plesiosaurus (Ichthyosaurusmereka mencapai panjang hingga 9 m.
mereka menempati posisi sebanding dengan lumba-lumba dan paus. Tubuh memiliki
bentuk ikan dan renang dengan gerakan
bergelombang lateral. Memiliki sirip yang kecil berpasangan. Kepala itu
banyak dimodifikasi untuk kehidupan air, dengan moncong sangat panjang
bersenjata dengan gigi tajam, dan lubang hidung ditetapkan untuk kembali. Yang
besar dan dikelilingi oleh cincin sclerotie lempeng tulang (Young.1983)
4.
Lepidosauria
Sebelumnya pada
reptile ini dibagi dua subkelas, yang Lepidosauria,
yang meliputi sphenodon, kadal dan
ular dan archosauria, termasuk buaya,
dinosaurus, pterosaurus berasal dari lepidosaurs primitif seperti Youngina, atau apakah kedua kelompok
muncul secara independen dari nenek moyang cotylosaurian.
5.
Archosauria
Archosaurs adalah binatang darat dominan dari Mesozoik akhir, dan mereka
termasuk dinosaurus dan Pterosaurus. Buaya yang hidup dari kelompok yang tetap
pada tingkat reptil. Burung-burung, yang tidak diragukan lagi juga keturunan
dari kelompok archosaurian ini. Archosaurs memiliki tengkorak diapsid dan biasanya dianggap keturunan eosuchians.
6.
Synapsida
Synapsida
memiliki anggota dua ordo yaitu Pelycosauriaa
dan Therapsida.
Habitat
Anggota
Reptilia hanya ditemukan pada bagian
bumi yang hangat, karena hewan ini tidak memiliki mekanisme pengaturan panas
tubuh (termoregulasi). Sebagai makhluk ektoterm, maka Reptilia lebih banyak tergantung pada lingkungan eksternal untuk
panas tubuh, jadi Reptilia tidak
berkembang pada lingkungan yang temperaturnya rendah. Selama beraktivitas, Reptilia mampu mengatur temperatur
tubuhnya dengan menggunakan radiasi sinar matahari dan radiasi panas dari tanah
dengan cara mengendalikan periode penempatan dirinya pada beberapa sumber
panas, sehingga temperatur tubuh dapat dijaga secara konstan. Jila rata-rata
temperatur udara tunggi, maka Reptilia
hanya sedikit tergantung terhadap radiasi (Sukiya, 2005).
Sebagian
besar Reptilia menggunakan harinya
untuk berjemur di bebatuan pantai yang terkena radiasi matahari langsung.
Kelebihan panas dicegah dengan meminimkan permukaan tubuh yang terkena langsung
radiasi matahari dan juga mengambil keuntungan dari angin pantai yang relatif
dingin (Young,1983)
Reptilia
padang pasir bergantung pada penguapan tubuh untuk pendinginan sebagai
mekanisme termoregulator. Pada saat temperatur lingkungansangat panas dengan
membuka mulut dan terengah-engah, sehingga kehilangan air lewat paru-paru
menjadi lebih besar. Kisaran temperatur
tubuh ekstrim untuk Reptilia
adalah antara 11oC – 46,5 oC. Reptilia telah kehilanagan spesialisasinya untuk hidup di perairan,
di antaranya insang, pasangan organ lateral, dan kelenjar mukosa eksternal
(Sukiya, 2005).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar