Rabu, 06 Mei 2015

KELAS AMFIBI


Mata Kuliah Keanekaragaman Hewan

AMFIBI

Amfibi berasal dari kata amphi yang berarti ganda dan bio yang berarti hidup. Secara harfiah amfibi diartikan sebagai hewan yang hidup di dua alam, yakni dunia darat dan air.
Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah dingin. Ini berarti amfibi tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri. Awalnya amfibi mengawali hidup di perairan dan melakukan pernapasan menggunakan insang. Seiring dengan pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang dan amfibi pun dapat berjalan di atas daratan
Ciri morfologi pada kelas ini menurut Jordan (1985) adalah sebagai berikut.
a)      Memiliki tubuh streamlined sehingga membantu berenang.
b)      Bagian anterior dan posterior nya tajam.
c)      Kepala nya berbentuk segitiga, pipih dengan ujung segitiga yang tumpul dan datar.
d)     Tidak memiliki leher sehingga tubuh dan leher nya bersatu.
e)      Tubuh bagian dorsal berwarna hijau dengan bintik-bintik berwarna hitam, sedangkan bagian ventral nya pucat. Warna tubuh bergantung pada kondisi lingkungan nya.
f)       Tubuh dibagi menjadi dua bagian yaitu kepala dan bagian tubuh.
g)      Di kedua sisi bagian kepala terdapat mata yang menonjol. Hal ini mengakibatkan katak dapat dapat melihat secara langsung segala hal terutama yang berada di atas tanah. Mata hewan kelas ini bundar dan dilindungi kelopak mata yang tebal pada bagian atas, sedangkan kelopak bagian bawah mata tipis, dan dapat menutupi mata. Pada kelopak mata bagian atas terdapat membran nictitat yang berfungsi menjaga kelembapan di udara dan sebagai pelindung ketika di dalam air.
h)      Di tengah bagian kepala (tepatnya di depan mata) terdapat tambalan warna (semacam alis) yang merepresentasikan mata ketiga katak.
i)        Tidak memiliki telinga eksternal, namun dibawah masing-masing mata terdapat daerah yang melingkar miring (membran timpani) di dalam saluran eustachius. Hal ini mengakibatkan katak memiliki telinga dalam.
j)        Pada bagian moncong mulut secara lateral terdapat dua nostril (nares eksternal) yang berfungsi untuk respirasi.
k)      Pada katak jantan di bawah kepala terdapat bagian seperti keriput (disebut kantung vokal) berfungi untuk menghasilkan suara “crock”untuk menarik betina.
l)        Pada bagian dorsal tubuh terdapat ciri khas berupa “punuk” yang menghubungkan pangkal “girdle” dengan kolumna vertebrata.
m)    Pada bagian tubuh ini terdapat dua pasang anggota tubuh. Anggota tubuh bagian atas lebih pendek dari bagian tubuh yang bawah. Tubuh bagian atas berfungsi untuk memegang dan membantu saat hewan ini melompat sedangkan tubuh bagian bawah berfungsi untuk berenang. Setiap tubuh bagian atas terdiri dari lengan bagian atas, bagian depan, pergelangan tangan dan tangan, memiliki empat jari (digit) dan satu ibu jari. Pada digit hewan jantan akan mengalami penebalan terutama saat musim kawin. Setiap anggota tubuh bagian bawah terdiri dari paha,betis, pergelangan kaki dan kaki panjang, dan terdiri dari lima jari pada kakinya.
n)      Pada bagian ujung psoterior tubuh antara anggota tubuh bagian bawah terdapat cloaca sebagai tempat feses, urin dan alat reproduksi.
o)      Kulit nya halus, licin, lembab dan tidak berbulu.

CIRI ANATOMI DAN FISIOLOGI
Integumen
Sistem Integumen pada amphibi sangat lembut dan bersih, tanpa bulu, tanpa sisik. Kulit tersusun atas epidermis, dan dermis yang terbagi atas jaringan lain. Epidermis berperan sebagai lapisan protektif yang menjaga lalu lintas air dan zat-zat terlarut didalamnya. Pada amphibi epidermis melakukan peranannya dengan adanya kutikula pada larva amphibia, lapisan mukus.  Dalam menjalankan fungsinya, epidermis - epidermis membentuk derivat yang berbeda  pada setiap hewan tergantung dari adaptasi kehidupannya masing-masing. Derivat-derivart epidermis merupakan struktur yang berasal dari epidermis, meliputi struktur yang keras dan lunak seperti tanduk dan kelenjar(Tjitrosoepomo, 1979).
Derivat epidermis pada katak adalah kelenjar mukus dan kelenjar granular. Kelenjar mukus  berfungsi untuk membersihkan kulit, meminyaki kulit, dan membasahi kulit, sehingga memungkinkan katak melakukan pernapasan kulit. Kelenjar granular menggetahkan cairan bersifat asam yang berbau menusuk dan beracun yang berfungsi untuk proteksi (Tjitrosoepomo, 1979).

Sistem Respirasi
          Rana sp.  yang masih muda dan yang telah dewasa mempunyai alat pernafasan yang berbeda. Saat masih berudu alat pernapasan berupa insang. Sedangkan ketika dewasa, alat pernafasan insang diganti dengan paru-paru. Saat di air, katak tersebut bernafas menggunakan permukaan kulitnya. Selain itu, katak juga dapat menggunakan alat pernafasan rongga mulut yang berupa glotis
a.      Insang
Insang terdiri atas lembaran-lembaran kulit tipis yang mengandung pembuluh darah kapiler. Insang luar selalu bergerak sehingga air di sekitarnya selalu berganti dan oksigen yang terlarut di dalam air masuk ke dalam pembuluh darah kapiler.
b.      Paru – paru
Paru-paru Rana sp berada di samping jantung yang berwarna coklat pekat berupa dua kantung elastis yang tipis dengan sedikit lipatan di dalam yang membantu permukaan dalam untuk membantu ruang-ruang kecil alveoli. Alveoli dibatasi oleh pembuluh kapiler paru-paru. Mekanisme pernapasan paru-paru terdiri dari inspirasi dan ekspirasi. Keduanya dengan mulut tertutup.
c.    Kulit
Kulit Rana sp juga berfungsi dalam pertukaran gas (Kastowo, 1984). Pernapasan ini berlangsung baik pada waktu di darat maupun di air. Pada umumnya amphibi memiliki kulit yang tipis, banyak pembuluh darah dan selalu basah. Kondisi kulit tersebut berperan sebagai alat respirasi. Bahkan beberapa jenis amphibi paru-parunya mereduksi sehingga sistem respirasi hanya menggunakan kulit saja atau disebut respirasi cutaneous (Hutchin, 2003). Kapiler – kapiler tersebut merupakan lanjutan dari arteri cutanea, cabang dari arteri pulmonalis yang membawa darah venous ke kulit. (UGM, 1990).
Amphibia menambah respirasi paru-paru dengan pertukaran gas melalui kulitnya yang tipis dan basah (Sumanto, 1994). Sebagian besar CO2 dikeluarkan melalui kulit karena laju vertilasi paru-paru tidak cukup untuk membawa keluar. Sejumlah air juga diperlukan dan ditukarkan melalui kulit. Hal inilah yang mungkin menyebabkan Amphibi tidak dapat hidup di darat sepenuhnya
Disamping pernapasan melalui permukaan kulit, katak juga melakukan pernapasan melalui rongga mulut (cavum oris) yang banyak mengandung kapiler darah (Tenzer dkk, 2014). Anyaman-anyaman kapiler dalam mukosanya mengalami modifikasi membentuk tonjolan ke permukaan yang berfungsi untuk memperluas vascularisasi dan memungkinkan aliran menjadi lambat. Hal tersebut mengakibatkan pertukaran gas lebih efisien.

Sistem Rangka
Rangka dari kelas amphibi dalam hal ini diwakili oleh katak. Rangka katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagian-bagian yang lunak. Fungsi rangka adalah untuk melindungi bagian-bagian tubuh yang vital, melekatnya otot daging yang berguna untuk gerak dan jalan. Pada vase cebong (berudu) tulang-tulang masih lunak. Kemudian pada vase dewasa menjadi keras (UGM, 1990). Sistem rangka terbagi atas dua bagian, yaitu: rangka sumbu (aksial) dan rangka anggota (apendikular). Endoskeleton pada katak terdiri dari 6 bagian, yaitu cranium, skeleton trunci, cingulum anterior, cingulum posterior, dan skeleton membri liberi (extremitas).  Dimana rangka aksialnya terdiri atas: tengkorak (cranium), tulang belakang (columna vertebralis), dan tulang dada (sternum). Sedangkan yang termasuk rangka apendikularnya  adalah cingulum anterior, cingulum posterior, dan skeleton membri liberi (extremitas).

Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan makanan pada amfibi ini, hampir sama dengan ikan, meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Alat pencernaan makanan diawali oleh cavum oris dan di akhiri oleh anus. Pada beberapa bagian dari trackus digestoria mempunyai struktur dan ukuran yang berbeda. Mangsa yang berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan dibasahi oleh air liur. Katak tidak begitu banyak mempunyai kelenjar ludah. Pada rongga mulut ( cavum oris), dibatasi oleh maxillae (rahang atas), sedangkan dibagian bawah dibatasi oleh mandibula (rahang bawah) dan os hyoid. Pada rongga mulut terdapat lingula yang pipih berpangkal pada dasar sebelah antrior mulut. Pada permukaannya terdapat kuncup perasa dan papil yang dilapisi oleh lendir dan dapat dijulurkan dari belakang ke muka untuk menangkap mangsa. Pada maxillae sebelah luar terdapat denta maxillaris (gigi maxillaris), sedangkan dibelakang maxillae terdapat gigi vormerin yang berfungsi untuk menahan mangsa yang akan ditelan. Dekat denta vomerin terdapat dua lubang nares interna yang berhubungan dengan nares eksterna. Glotis terletak pada medium ventral pharynx sebelah belakang lingula yang merupakan pintu menuju ke pulmo. Dibelakang masing-masing mata di dekat sudut mulut terdapat ostium pharyngeum dari tuba Eustachii yang menghubungkan cavum oris dengan ruang telinga dalam.Pada katak jantan dari banyak spesies memiliki saccus vocalis (saku suara) yang terbuka disebelah muka dari ostium pharyngeum auditiivae Eustachii. Saku suara ini dapat dikembang kempiskan sehingga menimbulkan suara (Sukiya, 2005).
Dari cavum oris makanan akan melalui pharynx, oesophagus yang menghasilkan sekresi alkalis dan mendorong makanan masuk ke dalam vetriculus yang berfungsi sebagai gudang pencernaan. Kontraksi dinding otot ventriculus meremas makanan menjadi hancur dan dicampur dengan sekresi ventriculus yang mengandung enzim, yang merupakan katalisator. Enzim yang dihasilkan oleh ventriculus dan intestinum terdiri atas pepsin, tripsin, erepsin untuk protein, lipase untuk lemak. Di samping itu ventrikulus menghasilkan asam klorida untuk mengasamkan bahan makanan. Gerakan yang menyebabkan bahan makanan berjalan dalam saluran disebut gerak peristaltik. Makanan masuk ke dalam intestinum dari ventriculus melalui klep pyloris. Kelenjar pencernaan yang besar ialah hepar dan pancreaticum yang memberikan sekresinya pada intestinum. Hepar yang besar terdiri dari beberapa lobus dan bilus (zat empedu) yang dihasilkan akan ditampung sementara dalam vesica felea, yang kemudian akan dituangkan dalam intestinum melalui ductus Cystecus dahulu kemudian melalui ductus cholydocus yang merupakan saluran gabungan dengan dengan saluran yang dari pankreas. Fungsi bilus untuk mengemulsikan zat lemak. Bahan yang merupakan sisa di dalam intestinum mayor menjadi feses dan selanjutnya di keluarkan melalui anus (Duellman, 1986).
            Amfibi darat juga memiliki kelenjar intermaksilari pada dinding mulutnya. Ada beberapa amfibi yang lidahnya tidak dapat bergerak, tetapi sebagian besar bangsa Amfibi mempunyai lidah yang dapat dijulurkan ke luar serta katak dan kodok lidah digulung ke lambung. Usus menunjukkan berbagai variasi. Pada Caecillia menunjukkan ada gulungan kecil dan tidak dibedakan antara usus kecil dan usus besar, pada katak dan kodok terdapat usus yang relatif panjang, menggulung yang membuka kloaka

System sirkulasi
Sebagian besar amfibi memiliki problem untuk mengisi jantung yang menerima darah oksigen dari paru-paru dan darah deoksi yang tidak mengandung oksigen dari tubuh.Untuk mencegah banyaknya pencampuran dua jenis darah tersebut, bahwa amfibi telah mengembangkan kea rah system sirkulasi transisional.Jantung mempunyai sekat interatrial, kantong ventricular, dan pembagian konus anteriosus dalam pembuluh sistemik dan pembuluh pulmonary.Darah dari tubuh masuk ke atrium kanan dari sinus venosus kemudian masuk ke sisi kanan vnetrikel, dan dari sini dipompa ke paru-paru.Darah yang mengandung oksigen dari paru-paru masuk ke atrium kiri lewat vena pulmonalis kemudian menuju sisi kiri ventrikel untuk selanjutnya dipompa menuju seluruh tubuh.Beberapa pengecualian terjadi pada salamander yang tidak mempunyai paru-paru, dimana celah interatrial tidak lengkap dan vena pulmonalis tidak ada
Kebanyakan pada amfibia pasangan arkus aorta pertama, kedua dan kelima hilang.Arkus aorta ketiga pada sisi dasara carotid internal, dan arkus aorta keempat merupakan system arkus yang menuju ke posterior berupa dorsa aorta.Bagian proksimal dari pasangan keenam arkus aorta cabang dari arteri pulmokutaneus, membawa darah ke paru-paru dank e kulit dimana aerasi terjadi.System venosus pada amfibi sangat mirip pada ikan paru-paru, kecuali pada vena abdominal masuk sistemportal hepatic ke sinus venosus.
Sistem urogenital
Ginjal amfibi, seperti pada ikan sejenis opistonefros. Amfibi berekor ginjalnya berstruktur elongasi seperti pada Elasmobranchii tetapi pada jenis Anura ada tendensi menjasi pendek.Banyak amfibi sebagian atau seluruh hidupnya berada di dalam air, korpuskel renalis berkembang untuk membantu mencegah pengenceran yang berlebihan dari cairan tubuh. Pembuluh akrinefrik amfibi jantan berupa genital ekskretori. Pembuluh arkinefrik tersebut hanya melakukan transport sperma.
Sistem Reproduksi
Indung telur pada amfibi berpasangan dan berisi rongga yang didalamnya berisi getah bening. Oviduk juga berpasnagan meskipun didaerah distal menyatu. Seringkali ujung distal masing-masing oviduk diperluas ke uterus membentuk struktur ovidak sebagai tempat penyimpanan ova secara temporer sebelum dikeluarkan atau untuk perkembangan embrio pada spesies ovoviviparous. Kelenjar yang mengeluarkan jelli untuk melumuri telur-telur biasanya berada di dalam oviduk.
Testis berpasangan dan berhubungan langsung atau dihubungkan tubulus mesonefrik ke kloaka, tidak ada organ kopulasi istimewa.Pada kodok ada suatu struktur yang disebut organ Bidder terletak di anterior setiap testis.

System saraf
            System saraf amfibi pada dasarnya sama seperti pada ikan. Pusat kegiatan otak berada pada bagian dorsal tengah, di mana sel-sel saraf (lapisan abu-abu) terkonsentrasi di dalam tektum.Telencefalon secara alami merupakan bagian penciuman, sehingga memperluas hemisfer cerebral.Lineal body ditemukan pada semua amfibi, tetapi Anura memiliki parietal body atau ujung organ pineal.Karena amfibi bergerak lamban, maka cerebellum sangat kecil kecuali pada Caecilia.Hanya ada 10 saraf kranial.Akar dorsal dan ventral dari saraf spinal bergabung melalui foramen intervertebral.

Organ indera
Organ perasa pada amfibi, tidak seperti pada ikan, terbatas pada dinding mulut dan lidah. Khoane internal, aperture nasal berfungsi sebagai penciuman tetapi juga untuk saluran udara.Biasanya epitelium olfaktori lembut dan terbatas pada bagian dorsal nasal. Struktur oilfaktori lain pada amfibi adalah organ Jacobson  (organ vomeronasal). Organ tersebut dipercaya menjadi alat bantu dalam merasakan makanan. Organ ini juga penting dalam tingkah laku reproduksi, karena aksi pertama adalah hewan jantan menyentuh hidung, kepala dan leher betinanya.
Mata amfibi juga seperti pada vertebrata lain. lensa mata tetap dan tidak berubah kecembungannya untuk jarak pandang yang relative jauh, mungkin berpindah maju kedepan saat melihat objek yang dekat, dengan akomodasi otot-otot lensa yang kecil. Pupil aperture mungkin vertical, horizontal,tiga sudut atau empat sudut. Kelopak mata kurang bagus bagi yang di air tetapi berkembang bagus pada spesies yang hidup di darat.Kelopak bagian bawah biasanya lebih mudah bergerak daripada kelopak yang berada di atas.Karena kornea mata mfibi darat menjadi kering akibat evaporasi, maka perlu dibasahi dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar Harderian. Lecrimal atau kelenjar air mata pada amfibi kurang bagus perkembangannya.
Parietal dan pineal body berfungsi sebagai fotorespetor, sensitive terhadap gelombang panjang dan intensitas cahaya, berepran dalam termoregulasi dan orientasi arah.Fotoreseptor terhadap gelombang panjang juga terdapat pada kulit katakdan salamander.
Ada berbagai macam alat pendengaran pada amfibi.Salamander dan golongan nya tidak punya pendengaran tengah, meski dipercaya bahwa salamander dapat mendeteksi vibrasi.Katak dan kodok mempunya pendengaran tengah dan gendang telinga.Suara ditransmisikan dari gendang telinga melalui lubang timpani ke telinga bagian dalam melewati sebuah tulang yang disebut kolumella.Kolumella homolog dengan elemen hiomandibula dari arkus insang pada ikan tulang rawan.Di bagian ventral sakulus pada telinga dalam terdapat venral outpocketing yan disebut lagena (seperti kohlea mamalia), dan diyakini menjadi vibrasi suara.
Line literalis ada pada larva amfibi dan bahkan ditemukan pada katak dewasa untuk spesies katak yang hidup di air.Secara structural line literalis itu seperti pada ikan.

HABITAT
Rana tigrina yang terkenal sebagai “Indian bull frog” pada umumnya hidup di dekat air namun pada saat hujan mungkin saja hewan ini ditemukan jauh dari habitat aslinya. Hewan ini hidup dekat dengan air dimungkinkan untuk menjaga kelembapan kulit nya dan menjaga dari serangan musuh sehingga ketika ada musuh hewan ini langsung dapat melompat ke sungai (Jordan, 1985 ). Katak memiliki banyak jenis yang masing-masing jenisnya mendiami suatu habitat tertentu. Sebagai contoh katak sawah yang mendiami lokasi-lokasi berlumpur seperti sawah maupun lokasi berlumpur lain, katak pohon yang mendiami batang-batang pohon tinggi dan seringkali bersembunyi di balik dedaunan, atau bangkong tuli yang biasanya hanya dapat dijumpai di sela-sela batuan pada sumber air yang masih bersih dan belum tercemar di daerah pegunungan. 
Saat istirahat hewan ini berada di darat dan merileksasikan tubuhnya dengan mengulurkan anggota tubuh bagian atas dan memposisikan anggota tubuh bagian bawah di samping tubuhnya, ketika merasa terganggu katak akan melompat ke dalam air.

PERANAN
Seorang ahli bernama C. Kenneth Dodd, JR. dalam bukunya berjudul Amphibian Ecology and Conservation menyitir pernyataan ahli lain bernama Noss dan Cooperrider (1994) dan Groom dkk (2006) yang menyatakan bahwa alasan kita harus kuatir jika suatu jenis satwa hilang yakni berkaitan dengan empat fungsi.
Ø  Estetika
Bagaimana katak dan kodok menjadi bagian dalam harmoni kehidupan alam terlebih saat hujan.
Ø  Etik
Nilai lebih satwa tersebut dan kaitannya dengan hak mereka untuk tetap eksis.
Ø  Ekonomi
Katak dan kodok seringkali menjadi bahan makanan, bahkan bagian tubuh tertentu terkadang di ambil sebagai obat untuk manusia.
Ø  Ekosistem

Fungsi ekosistem inilah yang tidak terlalu nampak oleh mata kita namun jika terabaikan maka dampaknya akan lebih parah dibandingkan yang lain. Katak dan kodok memiliki peranan dalam aliran energi dan siklus nutrient, mereka menempati posisi baik sebagai pemangsa maupun yang dimangsa. Apa jadinya jika mereka tidak ada, serentetan efek akan muncul seperti berkurangnya jumlah satwa yang menjadi pemangsa, ataupun melonjaknya jumlah mangsa mereka. Hal ini akan berdampak pada peristiwa-peristiwa lain (melonjaknya jumlah nyamuk, lalat, atau serangga hama yang mengganggu tanaman pertanian)- tentunya dapat mengganggu kehidupan kita, manusia. Tidak dapat dibayangkan jika ketimpangan-ketimpangan tersebut terjadi.

KLASIFIKASI
Terdapat berbagai macam klasifikasi tentang kelas Amfibi. G.Kingsley Noble (1931) mengklasifikasikan kelas Amfibi kedalam 6 ordo.
Ordo 1. Labyrinthodenthis
1.    Termasuk kedalam ordo ini adalah kadal-salamander yang seperti Amfibi.
2.    Hidup pada zaman Lower Carboniferous hingga zaman Triassic.
3.    Memiliki tengkorak yang lengkap dan tersusun atas tulang.
4.    Tulang tengkorak hewan ini lebih kompleks daripada Amfibi modern.
5.    Rahang giginya kuat.
6.    Beberapa spesies hidup di air dan sebagian yang lain hidup di darat.
Ordo 2. Phyllospondyll
1.    Berukuran sangat kecil.
2.    Ditemukan pada zaman Carboniferous dan Permian.
3.    Vertebrata dengan spinal cord dan notochord.
4.    Tulang panggul tersusun atas kartilago.
5.    Memiliki empat jari dengan lima ibu jari.
6.    Tengkorak terbagi kedalam bagian quadrat dan lakrimal.
Ordo 3. Lepospondyli
1.      Tulang belakang tersusun atas bagian tunggal, bagian neural dilanjutkan dengan centrum.
2.      Tulang belakang terdiri dari lengkung neural yang berkelanjut ke sentrum.
Ordo 4. Gymnophion atau Apoda
1.      Memiliki bentuk yang primitif.
2.      Tubuhnya memanjang seperti belut.
3.      Belum memiliki limbia dan ekor.
4.      Kulitnya berkeriput
5.      Alat kopulasi ada pada hewan jantan
Ordo 5. Caudata atau Urodela
1.      Tubuh dapat dibedakan antara kepala, trunkus dan ekor
2.      Ukuran lengan sama.
3.      Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa.
4.      Kulit tanpa sisik.
5.      Memiliki gigi
6.      Biasanya bertelur.
Ordo 6. Anura atau Salientia
1.    Tubuh pendek dan lebar.
2.    Kepala dan leher nya berfusi.
3.    Tidak memiliki leher dan ekor.
4.    Anggota tubuh atas pendek sedangakan anggota tubuh bagian belakang panjang.
5.    Tidak memiliki insang, respirasi dengan paru-paru.
6.    Biasanya fertilisasi secara eksternal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar