Mata Kuliah Keanekaragaman Hewan
AMFIBI
Amfibi
berasal dari kata amphi yang berarti ganda dan bio yang berarti
hidup. Secara harfiah amfibi diartikan sebagai hewan yang hidup di dua alam,
yakni dunia darat dan air.
Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah dingin. Ini berarti
amfibi tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri. Awalnya amfibi mengawali
hidup di perairan dan melakukan pernapasan menggunakan insang. Seiring dengan
pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang dan amfibi pun dapat berjalan
di atas daratan
Ciri morfologi pada kelas ini menurut Jordan (1985)
adalah sebagai berikut.
a)
Memiliki tubuh streamlined sehingga membantu berenang.
b)
Bagian anterior dan posterior nya tajam.
c)
Kepala nya berbentuk segitiga, pipih
dengan ujung segitiga yang tumpul dan datar.
d)
Tidak memiliki leher sehingga tubuh dan
leher nya bersatu.
e)
Tubuh bagian dorsal berwarna hijau
dengan bintik-bintik berwarna hitam, sedangkan bagian ventral nya pucat. Warna
tubuh bergantung pada kondisi lingkungan nya.
f)
Tubuh dibagi menjadi dua bagian yaitu
kepala dan bagian tubuh.
g)
Di kedua sisi bagian kepala terdapat
mata yang menonjol. Hal ini mengakibatkan katak dapat dapat melihat secara
langsung segala hal terutama yang berada di atas tanah. Mata hewan kelas ini
bundar dan dilindungi kelopak mata yang tebal pada bagian atas, sedangkan kelopak
bagian bawah mata tipis, dan dapat menutupi mata. Pada kelopak mata bagian atas
terdapat membran nictitat yang berfungsi menjaga kelembapan di udara dan
sebagai pelindung ketika di dalam air.
h)
Di tengah bagian kepala (tepatnya di
depan mata) terdapat tambalan warna (semacam alis) yang merepresentasikan mata
ketiga katak.
i)
Tidak memiliki telinga eksternal, namun
dibawah masing-masing mata terdapat daerah yang melingkar miring (membran
timpani) di dalam saluran eustachius. Hal ini mengakibatkan katak memiliki telinga
dalam.
j)
Pada bagian moncong mulut secara lateral
terdapat dua nostril (nares eksternal) yang berfungsi untuk respirasi.
k)
Pada katak jantan di bawah kepala
terdapat bagian seperti keriput (disebut kantung vokal) berfungi untuk
menghasilkan suara “crock”untuk menarik betina.
l)
Pada bagian dorsal tubuh terdapat ciri
khas berupa “punuk” yang menghubungkan pangkal “girdle” dengan kolumna
vertebrata.
m)
Pada bagian tubuh ini terdapat dua
pasang anggota tubuh. Anggota tubuh bagian atas lebih pendek dari bagian tubuh
yang bawah. Tubuh bagian atas berfungsi untuk memegang dan membantu saat hewan
ini melompat sedangkan tubuh bagian bawah berfungsi untuk berenang. Setiap
tubuh bagian atas terdiri dari lengan bagian atas, bagian depan, pergelangan
tangan dan tangan, memiliki empat jari (digit) dan satu ibu jari. Pada digit
hewan jantan akan mengalami penebalan terutama saat musim kawin. Setiap anggota
tubuh bagian bawah terdiri dari paha,betis, pergelangan kaki dan kaki panjang,
dan terdiri dari lima jari pada kakinya.
n)
Pada bagian ujung psoterior tubuh antara
anggota tubuh bagian bawah terdapat cloaca sebagai tempat feses, urin dan alat
reproduksi.
o)
Kulit nya halus, licin, lembab dan tidak
berbulu.
CIRI ANATOMI DAN
FISIOLOGI
Integumen
Sistem Integumen pada
amphibi sangat lembut dan bersih, tanpa bulu, tanpa sisik. Kulit
tersusun atas epidermis, dan dermis yang terbagi atas jaringan lain. Epidermis berperan sebagai lapisan protektif
yang menjaga lalu lintas air dan zat-zat terlarut didalamnya. Pada amphibi
epidermis melakukan peranannya dengan adanya kutikula pada larva amphibia,
lapisan mukus. Dalam menjalankan fungsinya, epidermis - epidermis
membentuk derivat yang berbeda pada setiap hewan tergantung dari adaptasi
kehidupannya masing-masing. Derivat-derivart epidermis merupakan struktur yang
berasal dari epidermis, meliputi struktur yang keras dan lunak seperti tanduk
dan kelenjar(Tjitrosoepomo,
1979).
Derivat epidermis pada
katak adalah kelenjar mukus dan kelenjar granular. Kelenjar mukus berfungsi untuk membersihkan kulit, meminyaki
kulit, dan membasahi kulit, sehingga memungkinkan katak melakukan pernapasan
kulit. Kelenjar granular menggetahkan cairan bersifat asam yang berbau menusuk
dan beracun yang berfungsi untuk proteksi (Tjitrosoepomo, 1979).
Sistem
Respirasi
Rana sp. yang masih
muda dan yang telah dewasa mempunyai alat pernafasan yang berbeda. Saat masih
berudu alat pernapasan berupa insang. Sedangkan ketika dewasa, alat pernafasan
insang diganti dengan paru-paru. Saat di air, katak tersebut bernafas menggunakan
permukaan kulitnya. Selain itu, katak juga dapat menggunakan alat pernafasan
rongga mulut yang berupa glotis
a. Insang
Insang
terdiri atas lembaran-lembaran kulit tipis yang mengandung pembuluh darah
kapiler. Insang luar selalu bergerak sehingga air di sekitarnya selalu berganti
dan oksigen yang terlarut di dalam air masuk
ke dalam pembuluh darah kapiler.
b. Paru – paru
Paru-paru Rana sp berada di samping
jantung yang berwarna coklat pekat berupa dua kantung elastis yang tipis
dengan sedikit lipatan di dalam yang membantu permukaan dalam untuk membantu
ruang-ruang kecil alveoli. Alveoli dibatasi oleh pembuluh kapiler paru-paru. Mekanisme pernapasan paru-paru
terdiri dari inspirasi dan ekspirasi. Keduanya dengan mulut tertutup.
c.
Kulit
Kulit Rana sp
juga berfungsi dalam pertukaran gas (Kastowo, 1984). Pernapasan ini berlangsung baik pada
waktu di darat maupun di air.
Pada umumnya amphibi memiliki kulit yang tipis, banyak pembuluh darah dan
selalu basah. Kondisi kulit tersebut berperan sebagai alat respirasi. Bahkan
beberapa jenis amphibi paru-parunya mereduksi sehingga sistem respirasi hanya
menggunakan kulit saja atau disebut respirasi cutaneous (Hutchin, 2003). Kapiler – kapiler tersebut
merupakan lanjutan dari arteri cutanea, cabang dari arteri pulmonalis yang
membawa darah venous ke kulit. (UGM, 1990).
Amphibia menambah respirasi paru-paru dengan pertukaran gas
melalui kulitnya yang tipis dan basah (Sumanto, 1994). Sebagian besar CO2
dikeluarkan melalui kulit karena laju vertilasi paru-paru tidak cukup untuk
membawa keluar. Sejumlah air juga diperlukan dan ditukarkan melalui kulit. Hal
inilah yang mungkin menyebabkan Amphibi tidak dapat hidup di darat sepenuhnya
Disamping pernapasan
melalui permukaan kulit, katak juga melakukan pernapasan melalui rongga mulut
(cavum oris) yang banyak mengandung kapiler darah (Tenzer dkk, 2014).
Anyaman-anyaman kapiler dalam mukosanya mengalami modifikasi membentuk tonjolan
ke permukaan yang berfungsi untuk memperluas vascularisasi dan memungkinkan
aliran menjadi lambat. Hal tersebut mengakibatkan pertukaran gas lebih efisien.
Sistem
Rangka
Rangka dari kelas amphibi dalam hal ini diwakili oleh katak. Rangka
katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagian-bagian yang lunak.
Fungsi rangka adalah untuk melindungi bagian-bagian tubuh yang vital,
melekatnya otot daging yang berguna untuk gerak dan jalan. Pada vase cebong
(berudu) tulang-tulang masih lunak. Kemudian pada vase dewasa menjadi keras
(UGM, 1990). Sistem rangka terbagi atas dua bagian, yaitu: rangka sumbu
(aksial) dan rangka anggota (apendikular). Endoskeleton pada katak terdiri dari
6 bagian, yaitu cranium, skeleton trunci, cingulum anterior, cingulum
posterior, dan skeleton membri liberi (extremitas). Dimana rangka aksialnya terdiri atas:
tengkorak (cranium), tulang belakang (columna vertebralis), dan tulang dada
(sternum). Sedangkan yang termasuk rangka apendikularnya adalah cingulum anterior, cingulum posterior,
dan skeleton membri liberi (extremitas).
Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan makanan pada amfibi ini, hampir sama dengan
ikan, meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Alat pencernaan makanan diawali oleh cavum oris dan di
akhiri oleh anus. Pada beberapa bagian dari trackus digestoria mempunyai
struktur dan ukuran yang berbeda. Mangsa yang berupa hewan kecil yang ditangkap
untuk dimakan akan dibasahi oleh air liur. Katak tidak begitu banyak mempunyai
kelenjar ludah. Pada
rongga mulut ( cavum oris), dibatasi
oleh maxillae (rahang atas),
sedangkan dibagian bawah dibatasi oleh mandibula
(rahang bawah) dan os hyoid. Pada rongga mulut terdapat lingula yang pipih
berpangkal pada dasar sebelah antrior mulut. Pada permukaannya terdapat kuncup
perasa dan papil yang dilapisi oleh lendir dan dapat dijulurkan dari belakang
ke muka untuk menangkap mangsa. Pada maxillae
sebelah luar terdapat denta maxillaris (gigi maxillaris), sedangkan dibelakang maxillae terdapat gigi vormerin yang
berfungsi untuk menahan mangsa yang akan ditelan. Dekat denta vomerin terdapat
dua lubang nares interna yang berhubungan dengan nares eksterna. Glotis
terletak pada medium ventral pharynx sebelah belakang lingula yang merupakan
pintu menuju ke pulmo. Dibelakang masing-masing mata di dekat sudut mulut
terdapat ostium pharyngeum dari tuba Eustachii yang menghubungkan cavum oris
dengan ruang telinga dalam.Pada katak jantan dari banyak spesies memiliki
saccus vocalis (saku suara) yang terbuka disebelah muka dari ostium pharyngeum
auditiivae Eustachii. Saku suara ini dapat dikembang kempiskan sehingga
menimbulkan suara (Sukiya, 2005).
Dari cavum oris makanan akan melalui pharynx, oesophagus
yang menghasilkan sekresi alkalis dan mendorong makanan masuk ke dalam
vetriculus yang berfungsi sebagai gudang pencernaan. Kontraksi dinding otot
ventriculus meremas makanan menjadi hancur dan dicampur dengan sekresi
ventriculus yang mengandung enzim, yang merupakan katalisator. Enzim yang
dihasilkan oleh ventriculus dan intestinum terdiri atas pepsin, tripsin,
erepsin untuk protein, lipase untuk lemak. Di samping itu ventrikulus
menghasilkan asam klorida untuk mengasamkan bahan makanan. Gerakan yang menyebabkan
bahan makanan berjalan dalam saluran disebut gerak peristaltik. Makanan masuk
ke dalam intestinum dari ventriculus melalui klep pyloris. Kelenjar pencernaan
yang besar ialah hepar dan pancreaticum yang memberikan sekresinya pada
intestinum. Hepar yang besar terdiri dari beberapa lobus dan bilus (zat empedu)
yang dihasilkan akan ditampung sementara dalam vesica felea, yang kemudian akan
dituangkan dalam intestinum melalui ductus Cystecus dahulu kemudian melalui
ductus cholydocus yang merupakan saluran gabungan dengan dengan saluran yang
dari pankreas. Fungsi bilus untuk mengemulsikan zat lemak. Bahan yang merupakan
sisa di dalam intestinum mayor menjadi feses dan selanjutnya di keluarkan
melalui anus (Duellman, 1986).
Amfibi darat juga memiliki kelenjar
intermaksilari pada dinding mulutnya. Ada beberapa amfibi yang lidahnya tidak
dapat bergerak, tetapi sebagian besar bangsa Amfibi mempunyai lidah yang dapat
dijulurkan ke luar serta katak dan kodok lidah digulung ke lambung. Usus
menunjukkan berbagai variasi. Pada Caecillia menunjukkan ada gulungan kecil dan
tidak dibedakan antara usus kecil dan usus besar, pada katak dan kodok terdapat
usus yang relatif panjang, menggulung yang membuka kloaka
System
sirkulasi
Sebagian besar amfibi
memiliki problem untuk mengisi jantung yang menerima darah oksigen dari
paru-paru dan darah deoksi yang tidak mengandung oksigen dari tubuh.Untuk
mencegah banyaknya pencampuran dua jenis darah tersebut, bahwa amfibi telah
mengembangkan kea rah system sirkulasi transisional.Jantung mempunyai sekat
interatrial, kantong ventricular, dan pembagian konus anteriosus dalam pembuluh
sistemik dan pembuluh pulmonary.Darah dari tubuh masuk ke atrium kanan dari
sinus venosus kemudian masuk ke sisi kanan vnetrikel, dan dari sini dipompa ke
paru-paru.Darah yang mengandung oksigen dari paru-paru masuk ke atrium kiri
lewat vena pulmonalis kemudian menuju sisi kiri ventrikel untuk selanjutnya
dipompa menuju seluruh tubuh.Beberapa pengecualian terjadi pada salamander yang
tidak mempunyai paru-paru, dimana celah interatrial tidak lengkap dan vena
pulmonalis tidak ada
Kebanyakan pada amfibia
pasangan arkus aorta pertama, kedua dan kelima hilang.Arkus aorta ketiga pada
sisi dasara carotid internal, dan arkus aorta keempat merupakan system arkus
yang menuju ke posterior berupa dorsa aorta.Bagian proksimal dari pasangan
keenam arkus aorta cabang dari arteri pulmokutaneus, membawa darah ke paru-paru
dank e kulit dimana aerasi terjadi.System venosus pada amfibi sangat mirip pada
ikan paru-paru, kecuali pada vena abdominal masuk sistemportal hepatic ke sinus
venosus.
Sistem
urogenital
Ginjal amfibi, seperti
pada ikan sejenis opistonefros. Amfibi berekor ginjalnya berstruktur elongasi
seperti pada Elasmobranchii tetapi pada jenis Anura ada tendensi menjasi
pendek.Banyak amfibi sebagian atau seluruh hidupnya berada di dalam air,
korpuskel renalis berkembang untuk membantu mencegah pengenceran yang
berlebihan dari cairan tubuh. Pembuluh akrinefrik amfibi jantan berupa genital
ekskretori. Pembuluh arkinefrik tersebut hanya melakukan transport sperma.
Sistem
Reproduksi
Indung telur pada
amfibi berpasangan dan berisi rongga yang didalamnya berisi getah bening.
Oviduk juga berpasnagan meskipun didaerah distal menyatu. Seringkali ujung
distal masing-masing oviduk diperluas ke uterus membentuk struktur ovidak
sebagai tempat penyimpanan ova secara temporer sebelum dikeluarkan atau untuk
perkembangan embrio pada spesies ovoviviparous. Kelenjar yang mengeluarkan
jelli untuk melumuri telur-telur biasanya berada di dalam oviduk.
Testis berpasangan dan
berhubungan langsung atau dihubungkan tubulus mesonefrik ke kloaka, tidak ada
organ kopulasi istimewa.Pada kodok ada suatu struktur yang disebut organ Bidder terletak di anterior setiap
testis.
System
saraf
System saraf amfibi pada dasarnya sama seperti pada ikan.
Pusat kegiatan otak berada pada bagian dorsal tengah, di mana sel-sel saraf
(lapisan abu-abu) terkonsentrasi di dalam tektum.Telencefalon secara alami
merupakan bagian penciuman, sehingga memperluas hemisfer cerebral.Lineal body ditemukan pada semua amfibi,
tetapi Anura memiliki parietal body atau
ujung organ pineal.Karena amfibi bergerak lamban, maka cerebellum sangat kecil
kecuali pada Caecilia.Hanya ada 10 saraf kranial.Akar dorsal dan ventral dari
saraf spinal bergabung melalui foramen intervertebral.
Organ
indera
Organ perasa pada
amfibi, tidak seperti pada ikan, terbatas pada dinding mulut dan lidah. Khoane
internal, aperture nasal berfungsi sebagai penciuman tetapi juga untuk saluran
udara.Biasanya epitelium olfaktori lembut dan terbatas pada bagian dorsal
nasal. Struktur oilfaktori lain pada amfibi adalah organ Jacobson (organ
vomeronasal). Organ tersebut dipercaya menjadi alat bantu dalam merasakan
makanan. Organ ini juga penting dalam tingkah laku reproduksi, karena aksi
pertama adalah hewan jantan menyentuh hidung, kepala dan leher betinanya.
Mata amfibi juga
seperti pada vertebrata lain. lensa mata tetap dan tidak berubah kecembungannya
untuk jarak pandang yang relative jauh, mungkin berpindah maju kedepan saat
melihat objek yang dekat, dengan akomodasi otot-otot lensa yang kecil. Pupil
aperture mungkin vertical, horizontal,tiga sudut atau empat sudut. Kelopak mata
kurang bagus bagi yang di air tetapi berkembang bagus pada spesies yang hidup
di darat.Kelopak bagian bawah biasanya lebih mudah bergerak daripada kelopak
yang berada di atas.Karena kornea mata mfibi darat menjadi kering akibat
evaporasi, maka perlu dibasahi dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar Harderian. Lecrimal atau kelenjar air
mata pada amfibi kurang bagus perkembangannya.
Parietal dan pineal
body berfungsi sebagai fotorespetor, sensitive terhadap gelombang panjang dan
intensitas cahaya, berepran dalam termoregulasi dan orientasi arah.Fotoreseptor
terhadap gelombang panjang juga terdapat pada kulit katakdan salamander.
Ada berbagai macam alat
pendengaran pada amfibi.Salamander dan golongan nya tidak punya pendengaran
tengah, meski dipercaya bahwa salamander dapat mendeteksi vibrasi.Katak dan
kodok mempunya pendengaran tengah dan gendang telinga.Suara ditransmisikan dari
gendang telinga melalui lubang timpani ke telinga bagian dalam melewati sebuah
tulang yang disebut kolumella.Kolumella homolog dengan elemen hiomandibula dari
arkus insang pada ikan tulang rawan.Di bagian ventral sakulus pada telinga
dalam terdapat venral outpocketing yan disebut lagena (seperti kohlea mamalia), dan diyakini menjadi vibrasi
suara.
Line literalis ada pada
larva amfibi dan bahkan ditemukan pada katak dewasa untuk spesies katak yang
hidup di air.Secara structural line literalis itu seperti pada ikan.
HABITAT
Rana
tigrina yang terkenal sebagai “Indian bull frog” pada
umumnya hidup di dekat air namun pada saat hujan mungkin saja hewan ini
ditemukan jauh dari habitat aslinya. Hewan ini hidup dekat dengan air
dimungkinkan untuk menjaga kelembapan kulit nya dan menjaga dari serangan musuh
sehingga ketika ada musuh hewan ini langsung dapat melompat ke sungai (Jordan,
1985 ). Katak memiliki banyak jenis yang masing-masing jenisnya mendiami suatu
habitat tertentu. Sebagai contoh katak sawah yang mendiami lokasi-lokasi
berlumpur seperti sawah maupun lokasi berlumpur lain, katak pohon yang mendiami
batang-batang pohon tinggi dan seringkali bersembunyi di balik dedaunan, atau
bangkong tuli yang biasanya hanya dapat dijumpai di sela-sela batuan pada
sumber air yang masih bersih dan belum tercemar di daerah pegunungan.
Saat istirahat hewan
ini berada di darat dan merileksasikan tubuhnya dengan mengulurkan anggota
tubuh bagian atas dan memposisikan anggota tubuh bagian bawah di samping
tubuhnya, ketika merasa terganggu katak akan melompat ke dalam air.
PERANAN
Seorang ahli bernama C.
Kenneth Dodd, JR. dalam bukunya berjudul Amphibian Ecology and Conservation
menyitir pernyataan ahli lain bernama Noss dan Cooperrider (1994) dan Groom dkk
(2006) yang menyatakan bahwa alasan kita harus kuatir jika suatu jenis satwa
hilang yakni berkaitan dengan empat fungsi.
Ø Estetika
Bagaimana katak dan kodok menjadi
bagian dalam harmoni kehidupan alam terlebih saat hujan.
Ø Etik
Nilai lebih satwa tersebut dan
kaitannya dengan hak mereka untuk tetap eksis.
Ø Ekonomi
Katak dan kodok seringkali menjadi
bahan makanan, bahkan bagian tubuh tertentu terkadang di ambil sebagai obat
untuk manusia.
Ø Ekosistem
Fungsi ekosistem inilah yang tidak
terlalu nampak oleh mata kita namun jika terabaikan maka dampaknya akan lebih
parah dibandingkan yang lain. Katak dan kodok memiliki peranan dalam aliran
energi dan siklus nutrient, mereka menempati posisi baik sebagai pemangsa
maupun yang dimangsa. Apa jadinya jika mereka tidak ada, serentetan efek akan
muncul seperti berkurangnya jumlah satwa yang menjadi pemangsa, ataupun
melonjaknya jumlah mangsa mereka. Hal ini akan berdampak pada
peristiwa-peristiwa lain (melonjaknya jumlah nyamuk, lalat, atau serangga hama
yang mengganggu tanaman pertanian)- tentunya dapat mengganggu kehidupan kita,
manusia. Tidak dapat dibayangkan jika ketimpangan-ketimpangan tersebut terjadi.
KLASIFIKASI
Terdapat berbagai macam
klasifikasi tentang kelas Amfibi. G.Kingsley Noble (1931) mengklasifikasikan
kelas Amfibi kedalam 6 ordo.
Ordo
1. Labyrinthodenthis
1. Termasuk
kedalam ordo ini adalah kadal-salamander yang seperti Amfibi.
2. Hidup
pada zaman Lower Carboniferous hingga zaman Triassic.
3. Memiliki
tengkorak yang lengkap dan tersusun atas tulang.
4. Tulang
tengkorak hewan ini lebih kompleks daripada Amfibi modern.
5. Rahang
giginya kuat.
6. Beberapa
spesies hidup di air dan sebagian yang lain hidup di darat.
Ordo
2. Phyllospondyll
1.
Berukuran sangat kecil.
2.
Ditemukan pada zaman Carboniferous dan
Permian.
3.
Vertebrata dengan spinal cord dan
notochord.
4.
Tulang panggul tersusun atas kartilago.
5.
Memiliki empat jari dengan lima ibu
jari.
6.
Tengkorak terbagi kedalam bagian quadrat
dan lakrimal.
Ordo
3. Lepospondyli
1.
Tulang belakang tersusun atas bagian
tunggal, bagian neural dilanjutkan dengan centrum.
2.
Tulang belakang terdiri dari lengkung
neural yang berkelanjut ke sentrum.
Ordo
4. Gymnophion atau Apoda
1.
Memiliki bentuk yang primitif.
2.
Tubuhnya memanjang seperti belut.
3.
Belum memiliki limbia dan ekor.
4.
Kulitnya berkeriput
5.
Alat kopulasi ada pada hewan jantan
Ordo
5. Caudata atau Urodela
1.
Tubuh dapat dibedakan antara kepala,
trunkus dan ekor
2.
Ukuran lengan sama.
3.
Fase larva
hampir mirip dengan fase dewasa.
4.
Kulit tanpa sisik.
5.
Memiliki gigi
6.
Biasanya bertelur.
Ordo 6. Anura atau
Salientia
1.
Tubuh pendek dan lebar.
2.
Kepala dan leher nya berfusi.
3.
Tidak memiliki leher dan ekor.
4.
Anggota tubuh atas pendek sedangakan
anggota tubuh bagian belakang panjang.
5.
Tidak memiliki insang, respirasi dengan
paru-paru.
6.
Biasanya fertilisasi secara eksternal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar